JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tampak cukup serius ingin mewujudkan duet Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Kemungkinan itu pertama kali disampaikan Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi, 23 Februari lalu.
Terbaru, dorongan juga disampaikan oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang menyatakan bakal sujud syukur jika pasangan pemenang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 itu bisa bersama kembali.
Namun, Mardani menyadari masih banyak hambatan untuk dapat mengusung Anies-Sandi.
Baca juga: Utak Atik Cawapres Anies: Sinyal Penolakan Sandiaga dan Kemesraan dengan AHY...
“Posisi saat ini masih banyak jalan berliku, tapi kekuatan doa dan usaha bisa jadi penentu,” ujar Mardani kepada Kompas.com, Senin (6/3/2023).
Di sisi lain, usulan PKS tampaknya tak mendapatkan sambutan positif dari dua bakal mitra koalisinya, Partai Nasdem dan Partai Demokrat.
Dihubungi terpisah, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief menunjukkan resistensi pada Sandi.
Ia menuturkan, Demokrat hanya memilih calon wakil presiden (cawapres) yang merepresentasikan semangat perubahan.
Sementara Sandi, lanjut dia, bukan figur yang merepresentasikan nilai tersebut.
Baca juga: Prabowo Subianto: Sandiaga Uno Patuh dan Taat pada Keputusan Partai
“Kalau Pak Sandiaga Uno kan bukan tokoh perubahan, tapi tokoh kolaborator kan,” sebut Andi.
Andi mengungkapkan, pihaknya tak akan memilih Sandi untuk diusung sebagai cawapres.
“Prinsipnya, kita mau menang dengan elektabilitas, yang kedua, tokohnya harus tokoh perubahan. Kita tidak ingin memilih tokoh kolaborator,” ucapnya.
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali pun menyatakan tak punya keinginan untuk melirik Sandi sebagai cawapres.
Dalam pandangannya, tidak etis membicarakan kemungkinan memasangkan Anies dengan kader partai politik (parpol) lain yang bukan bagian dari bakal Koalisi Perubahan.
“Saya pikir begini, Pak Sandiaga Uno itu kan kader Partai Gerindra. Saya pikir secara etika juga harus menghargai sehingga tidak etis membicarakan kader partai lain,” papar Ali.
Menurut Ali, langkah untuk menawarkan posisi cawapres pada Sandi dapat menyinggung Partai Gerindra.
Maka dari itu, Nasdem tak ingin hubungannya menjadi buruk dengan partai besutan Prabowo Subianto itu.
“Saya enggak mau mendiskusikan, nanti partainya marah. Bayangkan kalau kita mengambil Sandi adalah sesuatu yang jelas-jelas menyakiti orang lain,” imbuh dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.