JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) beralasan anggaran mereka terbatas untuk mengatasi koflik kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua secara cepat.
Komisioner Komnas HAM Hari Kurniawan mengatakan, persoalan HAM bukan hanya di Papua sehingga anggaran yang minim harus dibagi ke penanganan kasus lain.
Anggaran Komnas HAM yang terbatas, kata Hari, tak bisa dilimpahkan semuanya untuk mengatasi konflik kekerasan di Papua.
"Persoalan ini juga ya, anggaran yang terbatas, karena persoalan Papua ini kan juga dengan persoalan-persoalan lain anggarannya juga terbatas, harus dibagi," kata Hari saat ditemui di Kantor Komnas HAM, Jumat (3/3/2023).
Baca juga: Kerja Komnas HAM Dinilai Lambat Tuntaskan Kasus Dugaan Penyiksaan 7 Anak di Papua
"Kalau ini semua anggarannya dikasih Papua, nanti yang soal pelanggaran HAM berat nanti kasus lainnya jadi enggak ada anggaran," ujarnya lagi.
Sebelumnya, Koordinator Front Mahasiswa Papua Rudy Kogoya mengungkapkan bahwa Komnas HAM beralasan lambatnya penanganan kasus kekerasan di Papua terjadi lantaran pergantian komisioner.
Rudy mengaku, ia mendapat penjelasan itu saat menanyakan terkait penanganan beberapa kasus yang tak kunjung mendapat kejelasan dari Komnas HAM.
Salah satunya peristiwa penyiksaan 7 anak di Kabupaten Puncak, Papua Tengah yang terjadi Februari tahun lalu.
Baca juga: Komnas HAM Ungkap Dugaan Keterlibatan Aparat dalam Kerusuhan Wamena yang Tewaskan 12 Orang
Saat ditanya kelanjutan kasusnya, Hari disebut beralasan tak mengetahui kelanjutannya karena dikerjakan oleh komisioner yang menjabat sebelumnya.
"Kami sangat menyayangkan itu, kami berharap Komnas HAM kerjanya bisa lebih cepat itu, jadi alasan mereka tadi mereka lambat karena ada pergantian pengurus," kata Rudy.
Menurut Rudy, alasan tersebut tak bisa jadi legitimasi Komnas HAM untuk membiarkan kasus itu berlarut-larut.
Alasan tersebut, menurutnya, justru membuktikan ada masalah di dalam pergantian kepemimpinan Komisioner Komnas HAM saat ini.
"Itu kan bukti bahwa tidak adanya kerja yang sistematis dalam lembaga ini, sehingga ketika ganti pemimpin mereka kebingungan. Jadi kami berharap lebih baiklah ke depan," ujarnya.
Baca juga: Soal Kerusuhan di Wamena, Front Mahasiswa Papua Kecewa Tak Bisa Temui Ketua Komnas HAM
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.