JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai, Presiden Joko Widodo hanya bergurau ketika menyapa sejumlah politikus dengan sebutan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Kendati demikian, menurut dia, candaan Jokowi itu sangat mungkin membuat figur yang disebut namanya jadi gede rasa.
"Sangat mungkin Pak Jokowi bercanda, tapi kan karena beliau presiden ini kan jadi diinterpretasikan berbeda oleh yang disebut namanya," kata Kunto kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).
"Apalagi kalau yang disebutkan itu di urutan pertama kayak Pak Prabowo, Pak Erick Thohir, Pak Sandiaga, bisa jadi ini kan jadi membuat orang yang disebut namanya berbunga-bunga dan akhirnya kepedean," tuturnya.
Baca juga: Jokowi Dulu Lempar Sinyal Dukungan ke Prabowo dan Ganjar, Kini Goda Erick Thohir hingga AHY
Sekalipun hanya berkelakar, menurut Kunto, candaan Jokowi tersebut sangat mungkin dimanfaatkan sebagai alat politik.
Boleh jadi, pihak-pihak yang disebut namanya oleh Jokowi sebagai figur capres dan cawapres itu mengeklaim dirinya mendapat dukungan dari presiden untuk maju ke pentas pemilu mendatang.
Terbuka kemungkinan pula, candaan Jokowi tersebut mendatangkan efek dukungan publik bagi pihak-pihak yang disebut presiden.
"Yang disebut namanya pun bisa mengeklaim, 'Pak Jokowi mendukung saya, nyatanya menyebut saya. Kalau beliau nggak mendukung saya, kan nggak mungkin beliau nggak nyebut saya, apalagi di urutan pertama, kedua, atau ketiga'," ujar Kunto.
Baca juga: Sebut Prabowo hingga AHY sebagai Figur Capres-Cawapres, Jokowi Dinilai Hanya Basa-basi
Kunto menilai, sedianya tak ada yang salah dengan candaan Jokowi ini. Presiden berhak menyapa siapa pun elite politik dengan caranya sendiri.
Namun demikian, mengingat ini tahun politik, kepala negara diharapkan lebih bijak dalam bersikap, apalagi yang menyinggung soal urusan dukungan kandidat capres.
Sebab, bagaimanapun Jokowi merupakan orang nomor satu di RI yang mana setiap tutur kata dan gerak-geriknya bakal menimbulkan beragam interpretasi.
"Menurut saya Pak Presiden harus lebih bijak dalam mengabsen tokoh-tokoh. Boleh saja mengabsen tokoh-tokoh, kan dia presiden, cuma ini kan melabelinya dengan capres cawapres, padahal kan tahapan pemilu belum sampai ke situ," tutur dosen Universitas Padjajaran itu.
Sebagaimana diketahui, belakangan Jokowi kerap "mengabsen" para tokoh politik yang disebut-sebut berpotensi menjadi capres-cawapres Pemilu 2024.
Saat menghadiri acara perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-50 Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Jumat (17/2/2023) misalnya, Jokowi menyebut sejumlah tokoh yang hadir sebagai capres-cawapres, mulai dari ketua umum parpol hingga menterinya di Kabinet Indonesia Maju.
Ada sosok yang berulang kali disingung Jokowi seperti Prabowo Subianto, ada pula nama yang baru pertama disebut yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.