JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menduga, komunikasi antara Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus berjalan meski mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu sudah menyatakan tegak lurus kepada Prabowo Subianto maupun Gerindra.
Hal tersebut merespons kembali ramainya isu kepindahan Sandiaga ke PPP, setelah Pelaksana Tugas (Plt) Ketum PPP Mardiono mengklaim Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu mendapatkan izin Prabowo untuk bergabung.
"Meskipun pendeklarasian ulang loyalitas terhadap Gerindra telah dilakukan, tidak menutup kemungkinan komunikasi dengan PPP jalan terus," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/2/2023).
Baca juga: Lika-Iiku Utang Piutang Anies Baswedan dan Sandiaga Uno
Umam kemudian membeberkan sejumlah peluang yang bisa terjadi, baik untuk Sandi maupun PPP, terutama untuk Pemilu 2024.
Pertama, apabila pernyataan Mardiono benar, maka PPP bisa menjadi sekoci yang efektif bagi Sandi untuk semakin meningkatkan posisi tawar di hadapan partai-partai pembentuk koalisi.
"Di sisi lain, PPP berkeyakinan masuknya Sandi ke partainya bisa menghadirkan sumber-sumber logistik politik baru untuk mengefektifkan mesin partai menuju Pemilu 2024 mendatang," kata dia.
Baca juga: Mardiono Ungkap Alasan PPP Ingin Usung Sandiaga sebagai Capres 2024
Lebih lanjut, Umam juga mengungkap kecil kemungkinan PPP bergabung ke koalisi perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres).
Umam pun menyinggung sejumlah isu yang belakangan menyeret nama Anies dan Sandi yaitu perjanjian utang-piutang terkait Pilgub DKI 2017.
"Kemungkinan PPP bergabung dengan Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan tampaknya semakin kecil, mengingat hubungan Sandi dan Anies belakangan rusak akibat serangan pribadi Sandi terhadap Anies terkait isu surat utang piutang," tutur dia.
"Namun, isu tersebut cepat meredup ketika dokumen surat utang itu cepat menyebar, yang isinya justru melemahkan posisi Sandi dan Erwin Aksa sebagai political dan gentlemen agreement," tambahnya.
Sementara jika jadi bergabung ke PPP, akan tertutup peluang Sandi duet bersama Prabowo dalam koalisi Gerindra-PKB.
Menurut Umam, hijrahnya Sandi ke PPP akan menciptakan luka politik baru bagi Prabowo dan Gerindra.
"Ketiga, jika Koalisi Perubahan dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sudah tertutup, maka peluang yang terbuka bagi Sandi untuk bermanuver bersama PPP adalah, memperjuangkan posisi cawapres lewat gerbong KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) atau bahkan dengan PDI-P sendiri," nilai dia.
Baca juga: PPP: Prabowo Izinkan Sandiaga Hadiri Acara PPP, Tak Lebih dari Itu
Oleh karena itu, Umam mengatakan peluang Sandi mengajukan proposal koalisi PPP dengan PDI-P semakin terbuka.
Mengingat, lanjut dia, PDI-P juga membutuhkan legitimasi dukungan kekuatan politik Islam untuk maju dalam Pilpres 2024.
"Ketika PKB sudah bersama Gerindra, PAN sudah bersama KIB, PKS sudah ditolak mentah oleh PDI-P dan kini di Koalisi Perubahan, maka yang tersisa tinggal PPP," katanya.
"Jika Sandi bisa meyakinkan PDI-P, maka pasangan Puan-Sandi misalnya, berpeluang besar maju sebagai pasangan Capres-Cawapres alternatif," sambung Umam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.