JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal Koalisi Perubahan pasang badan ketika eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seolah diserang isu soal perjanjian utang piutang Rp 50 miliar dengan Sandiaga Uno terkait Pilgub DKI Jakarta 2017.
Mereka curiga pesaing atau lawan politik Anies tengah membangun narasi untuk menciptakan citra yang buruk bagi Anies.
Selain itu, ada juga kecurigaan bahwa isu perjanjian utang Rp 50 miliar ini hanya untuk mendiskreditkan Anies.
Sandiaga Uno sendiri selaku pihak yang disebut-sebut diutangi oleh Anies menyatakan dirinya tidak mau membahas perihal perjanjian itu lagi setelah membahasnya bersama keluarga besar.
Sementara itu, salah satu anggota tim kecil Anies, Hendri Satrio atau Hensat menyebut perjanjian itu sudah selesai karena Anies-Sandi memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017.
Baca juga: Saat Sandiaga Enggan Bahas Utang Rp 50 Miliar yang Disebut Tim Anies Sudah Selesai...
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Benny K Harman mengatakan, soal utang piutang Rp 50 miliar yang melibatkan Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno diembuskan hanya untuk membuat citra Anies menjadi buruk.
"Bagian dari agenda untuk membangun citra buruk tentang Anies. Dan ini bukan hanya satu saja, ada banyak masih. Politik selanjutnya akan diwarnai dengan politik produksi narasi yang dibangun oleh pesaing-pesaing atau lawan-lawan politik," ujar Benny saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Selasa (7/2/2023).
Benny mengatakan, adanya narasi yang berupaya untuk mendiskreditkan Anies dengan cara membangun isu adalah hal yang biasa.
Ia lantas membeberkan contoh-contoh narasi yang mendiskreditkan Anies, seperti membangun narasi korupsi, gagal di DKI Jakarta, orang Arab hingga punya utang.
"Saya pribadi melihat ini semua bagian dari agenda-agenda politik kontestasi, persaingan-persaingan yang tentu saja menjadi suatu keniscayaan dalam demokrasi elektoral. Kayak kita ini, namun tentu ada batasan-batasan tertentu. Bersaing politik yang kayak gitu biasa saja," katanya.
Baca juga: Sebut Anies Sahabat, Sandiaga Enggan Bahas Lagi soal Utang Rp 50 Miliar
Lebih lanjut, Benny meminta agar persoalan utang piutang Anies itu tidak perlu dibesar-besarkan lantaran utang adalah hal yang biasa.
Benny menduga ada tokoh ataupun pemimpin yang khawatir apabila Anies terpilih menjadi Presiden pada tahun 2024 mendatang.
"Menurut saya, dari segi psikologi politik itu ada gambaran kekhawatiran, gambaran ketakutan, gambaran kecemasan. Banyak tokoh banyak pemimpin yang cemas bahkan sangat cemas apabila Anies jadi Presiden," kata Benny.
"Mengapa cemas? Karena ya semua orang tahu Anies itu tokoh yang punya integritas bagus, komitmen yang kuat tentang pluralisme, komitmen kuat tentang demokrasi, komitmen yang kuat untuk pemberantasan korupsi, komitmen yang kuat untuk penegakan hukum, dan juga komitmen yang kuat untuk melawan oligarki yang merusak tatanan demokrasi dan negara hukum kita," ujarnya lagi.
Baca juga: Soal Utang Piutang Anies-Sandiaga, Demokrat: Agenda untuk Membuat Citra Anies Buruk
Benny meyakini semua tokoh dan pemimpin tahu kapabilitas Anies itu.
Oleh karenanya, ada kecemasan jika Anies betul-betul menjadi Presiden pada 2024.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Nasdem Effendy Choirie atau Gus Choi menyebut keikhlasan Sandiaga terkait utang Rp 50 miliar Anies Baswedan terkait Pilgub DKI Jakarta sebagai hal yang bagus.
Ia mengatakan, Nasdem sempat kaget ketika Sandiaga Uno tiba-tiba mengungkit-ungkit soal perjanjian dengan Anies.
"Ya bagus dong kalau ikhlas, kalau bener ya (ada utang). Kita kan tahu dua orang itu bersahabat, tiba-tiba Sandi ngomong begitu kan kaget juga kita," ujar Gus Choi saat dihubungi, Selasa (7/2/2023).
Gus Choi mengucap syukur jika Sandiaga ikhlas utangnya itu dianggap lunas, dengan catatan Anies betul-betul berutang kepada Sandi.
Baca juga: Demokrat: Banyak Tokoh dan Pemimpin yang Cemas jika Anies Jadi Presiden
Dengan demikian, maka persoalan utang piutang Rp 50 miliar yang melibatkan Anies dengan Sandiaga itu sudah selesai.
Walau begitu, Gus Choi menegaskan bahwa Nasdem tidak ikut campur dalam urusan tersebut.
"Kita enggak ikut-ikutan lah. Urusan itu, urusan berdua," ucapnya.
Di lain sisi, tim kecil Anies Baswedan, Hensat menekankan bahwa memang ada perjanjian utang antara Anies dan Sandiaga kala itu.
"Di perjanjian itu tertulis, kalau kalah, Anies harus mengembalikan semuanya, semua biaya pada saat pilgub. Tetapi bila menang, selesai. Jadi pokoknya beres deh, enggak usah dibalikin," ujar Hensat.
Ia lantas menegaskan bahwa perjanjian itu bukan bersifat sudah "lunas", tetapi "selesai".
Sebab, Anies tak usah membayar apa-apa kepada Sandiaga lantaran berhasil menundukkan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dalam kontestasi Pilgub DKI 2017.
Ia juga menyebut bentuk perjanjian Anies-Sandi itu sebagai "budaya baru" dalam pilkada.
"Biasanya kalau menang gue balikin, kalau kalah rugi bareng. Ini Anies enggak, kalau kalah gue ganti duit lo, kalau menang kita selesai," ujar Hensat.
Baca juga: Hendri Satrio: Dalam Perjanjian, Anies Kembalikan Semuanya jika Kalah, tetapi Selesai jika Menang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.