JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menyayangkan bertambahnya korban gagal ginjal akut pada anak.
Menurutnya, hal itu membuktikan bahwa mekanisme pengawasan yang mestinya dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum berjalan.
“Kami sangat menyesalkan bahwa negara kembali gagal dalam memberikan perlindungan kepada rakyat,” ujar Charles dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (6/2/2023).
“Belum ada perbaikan dari mekanisme post-market dari BPOM sehingga kejadian serupa bisa kembali memakan korban,” tuturnya.
Baca juga: Masih Ada Temuan Gagal Ginjal Akut di Jakarta, Dinkes DKI Anjurkan Terapi Non-obat pada Anak
Adapun, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) seorang anak di Jakarta meninggal dunia pada 1 Februari 2023.
Charles mengatakan, obat yang dikonsumsi korban berasal dari apotek di wilayah Jakarta Timur.
“Pada 25 Januari korban mengkonsumsi salah satu obat yang sudah masuk dalam daftar aman BPOM,” kata dia.
Maka dari itu, ia mendesak agar BPOM segera angkat bicara, terutama mengumumkan daftar obat-obatan terbaru yang berbahaya.
“Sehingga tidak lagi ada korban yang berjatuhan. Ini harus dilakukan segera. Sudah lima hari dari meninggalnya korban, namun belum ada statemen apapun dari BPOM,” ungkap dia.
Baca juga: Satu Anak Masih Dirawat karena Gagal Ginjal Akut, Dinkes DKI: Kondisinya Sudah Membaik
Terakhir, Charles meminta agar pihak kepolisian segera melakukan penyelidikan terkait hal tersebut.
“Proses penegakan hukum harus dijalankan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab, baik yang melakukan dengan sengaja maupun akibat kelalaian,” ujarnya.
Diketahui selain korban meninggal, Kemenkes menyatatakan saat ini terdapat satu kasus suspek gagal ginjal akut pada anak.
Kasus itu kembali muncul setelah tak ada penambahan korban sejak Desember 2022.
Dengan tambahan kasus itu, hingga 5 Februari 2023 tercatat 326 kasus gagal ginjal dan satu suspek yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia.
Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Anak Muncul Lagi, Masih Bolehkah Minum Obat Sirup?
Dari jumlah tersebut, 116 kasus dinyatakan sembuh, sementara 6 kasus masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta.
Kasus ini tidak disebabkan oleh virus dan bakteri, tapi oleh unsur toksin atau racun yang mencemari beberapa obat sirup.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.