JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menilai, wajar bila ada banyak pihak yang ingin diakui dan mengaku sebagai Nahdlatul Ulama (NU) karena NU merupakan organisasi yang besar.
Muhaimin mengatakan, meski PKB lahir dari rahim NU, partainya tetap menghormati pihak-pihak lain yang juga mengaku sebagai NU.
"Organisasi sebesar NU wajar saja semua ingin diakui dan mengaku NU. Karena itu, mari kita hormati pihak-pihak lain yang mengaku sebagai NU juga. Tidak apa-apa, biar saja," kata Muhaimin dalam keterangan tertulis, Minggu (5/2/2023).
Muhaimin mengeklaim, kesuksesan PKB selama 25 tahun berdiri salah satunya disebabkan oleh keseriusan PKB mengangkat harkat dan derajat kehidupan warga NU.
"Karena itu, warga NU mengapresiasinya dengan semakin banyak yang memilih PKB dibandingkan partai-partai lain yang berusaha juga menggalang pilihan mereka," kata dia.
Oleh sebab itu, Muhaimin mengajak kader-kadernya untuk berhenti berdebat soal siapa yang berhak mengaku sebagai 'anak NU'.
Menurut dia, yang terpenting bagi PKB adalah melanjutkan perjuangan untuk melayani dan mengabdi kepada warga NU.
Karena menurut dia, kemajuan PKB ditandai oleh kemajuan dan kesejahteraan warga NU.
Baca juga: PBNU dan PKB Kian Panas, Mars 1 Abad NU Kini Dipersoalkan karena Dipolitisasi
Muhaimin menambahkan, meski hubungan NU dan PKB tak bisa dipungkiri, tetapi PKB bukan hanya milik warga NU.
"Sebagaimana halnya NU, PKB berkhidmat untuk manfaat dan maslahat sebanyak mungkin orang, warga negara Indonesia secara luas," ujar Muhaimin.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan bahwa NU tidak boleh diperalat sebagai senjata politik untuk mengumpulkan dukungan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Yahya mengatakan, tidak boleh ada pihak-pihak yang menggunakan NU sebagai tameng untuk menutupi kekurangannya.
"Tidak boleh ada orang berusaha menutupi kekurangan-kekurangannya hanya dengan mengeklaim NU sebagai basisnya, semua harus berdasarkan pada kapasitas masing-masing," kata Yahya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (31/1/2023) malam.
Baca juga: Said Aqil: Partai yang Sejalan dan Senapas dengan NU Hanya PKB
Menurut dia, pencalonan seseorang dalam kontestasi politik semestinya didasari pada prestasi, kredibilitas, dan rekam jejak orang tersebut, bukan pada klaim-klaim identitas.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa tidak akan ada calon presiden dan calon wakil presiden yang maju atas nama NU.
"Kami menolak dijadikannya identitas apa pun, termasuk identitas Islam, identitas agama, termasuk identitas NU untuk menggalang dukungan," ujar Yahya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.