Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Gelora Anggap Pemilu Serentak 2024 Bisa Bikin Pileg Tak Laku

Kompas.com - 26/01/2023, 06:25 WIB
Vitorio Mantalean,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Mahfuz Sidik, menganggap pemilu serentak berpotensi membuat pemilihan legislatif (pileg) tidak dilirik oleh publik.

Menurutnya, hal ini sudah tampak sejak konsep pemilu serentak digelar pada 2019 lalu.

"Pengalaman kita di 2019 yang lalu, ternyata di masyarakat bawah isu pilpres itu lebih dominan ketimbang pileg. Jadi perbincangan orang itu tentang capres, pileg itu luput dari perhatian mereka," ujar Mahfuz dalam talkshow GASPOL! Kompas.com, dikutip Kamis (26/1/2023).

Ia khawatir hal ini bakal memengaruhi kualitas pileg itu sendiri. Terlebih, pada Pemilu 2024, kesepakatan politik antara kekuatan partai politik lama di DPR RI, pemerintah, dan lembaga-lembaga penyelenggara pemilu menghasilkan keputusan bahwa masa kampanye hanya 75 hari.

Baca juga: KPU Berharap, Pilpres-Pilkada Digelar pada Tahun yang Sama Kurangi Ketegangan Politik

"Kalau saat kampanye yang cuma 75 hari itu masyarakat didominasi kampanye capres, terus orang jadi tidak mendapatkan informasi dong apa program partai politik, program caleg, visi-misi, perbedaan antara calon satu dan lain, karena semua didominasi isu capres," jelas Mahfuz.

"Menurut saya keputusan politik untuk menggabungkan pileg dan pilpres bersamaan waktunya mensubordinasi bahkan menegasikan keberadaan pemilu legislatif sebenarnya," lanjutnya.

Keadaan ini dinilai sangat memberatkan bagi partai-partai politik pendatang baru, yakni Gelora, Partai Buruh, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), dan Partai Ummat.

Sebagai debutan, partai politik baru dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat memperkenalkan diri, caleg, program, dan visi-misi mereka kepada calon pemilih.

Namun, cita-cita ideal itu terbentur dengan masa kampanye yang hanya 75 hari, di mana dalam waktu singkat itu mereka harus bertempur dengan propaganda partai-partai lama serta isu pencalonan presiden yang lebih dominan.

"Kalau keserentakan itu mau dipertahankan, maka syaratnya tidak ada lagi syarat ambang batas pencalonan presiden 20 persen," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggota Dewas Akui Dilaporkan Wakil Ketua KPK karena Koordinasi dengan PPTK

Anggota Dewas Akui Dilaporkan Wakil Ketua KPK karena Koordinasi dengan PPTK

Nasional
Prabowo: Pers Bagian Penting Demokrasi meski Kadang Meresahkan

Prabowo: Pers Bagian Penting Demokrasi meski Kadang Meresahkan

Nasional
Prabowo: Pertandingan Selesai, di Dalam atau Luar Pemerintahan Harus Rukun

Prabowo: Pertandingan Selesai, di Dalam atau Luar Pemerintahan Harus Rukun

Nasional
Gibran Dijadwalkan Bertemu Wapres Ma'ruf Amin Sore Ini

Gibran Dijadwalkan Bertemu Wapres Ma'ruf Amin Sore Ini

Nasional
Prabowo Tiba di DPP PKB, Disambut Cak Imin dengan Karpet Merah

Prabowo Tiba di DPP PKB, Disambut Cak Imin dengan Karpet Merah

Nasional
Mahfud Sebut Mulai Buka Komunikasi dengan Banyak Pihak yang Sengaja Ditutup Selama Pilpres 2024

Mahfud Sebut Mulai Buka Komunikasi dengan Banyak Pihak yang Sengaja Ditutup Selama Pilpres 2024

Nasional
Mahfud Baru Tahu Ada Undangan Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran 30 Menit Sebelum Acara

Mahfud Baru Tahu Ada Undangan Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran 30 Menit Sebelum Acara

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Nasional
Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Nasional
Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Nasional
Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Nasional
Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Nasional
Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Nasional
1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

Nasional
Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com