JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan tokoh lintas agama menandatangani dokumen Deklarasi Atma Jaya yang berisi kesepakatan penyelesaian konflik sosial di Indonesia dengan cara-cara damai.
Deklarasi tersebut merupakan salah satu upaya realisasi Deklarasi Abu Dhabi, dokumen perdamaian yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmad Al Tayyib pada 2019 lalu.
Setelah ditandatangani, dokumen tersebut diserahkan kepada Kementerian Agama sebagai wakil dari pemerintah.
Adapun deklarasi itu digelar di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta dalam acara Seminar Nasional Dokumen Abu Dhabi 2023.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Pusat Perdagangan dan Penyebaran Agama Buddha
Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, pertemuan di Atma Jaya diharapkan memunculkan gerakan bersama untuk merealisasikan dokumen Abu Dhabi.
“Gerakan ini membutuhkan kerjasama dari kita, bukan kami atau mereka. Ini gerakan kita bersama,” kata Ignatius saat menyampaikan sambutannya, sebagaimana dikutip dari keterangan resmi yang Kompas.com terima, Rabu (25/1/2023).
Menurut Ignatius, pada akhir dokumen Deklarasi Abu Dhabi disebutkan bahwa Al Azhar dan Gereja Katolik meminta deklarasi itu menjadi bahan penelitian dan refleksi di semua sekolah, universitas, dan institut pendidikan agar membantu mendidik generasi baru membawa kebaikan serta kedamaian bagi orang lain.
“Di mana-mana menjadi pembela hak-hak dari mereka yang tertindas dan yang terkecil di antara saudara saudari kita,” ujarnya.
Baca juga: Sejarah Lahirnya Agama Islam
Sementara itu, Khatib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Abu Yazid Al Busthami mengatakan, agama Islam merupakan agama kasih.
Menurutnya, Allah memberikan rahmatnya bukah hanya untuk umat Islam, melainkan seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.
Ia menuturkan, dalam konsep dasar NU, perbedaan tidak menjadi sesuatu yang bisa diperdebatkan. Menurutnya, manusia memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga perdamaian dunia.
“Jangan pernah menyebut orang yang berbeda kepercayaan dengan Islam dengan sebutan ‘kafir’. Itu sesuai fatwa kyai NU dalam Munas NU di Jawa Barat pada 2019 lalu,” ujar Abu Yazid.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti memandang, Deklarasi Abu Dhabi memberikan pelajaran bagi semua pihak bahwa agama memang berbeda secara ritual.
Baca juga: Cerita Satu Keluarga Empat Agama di Kota Jambi Sambut Imlek, Buat Kue Kering hingga Siapkan Angpau
Namun, agama-agama juga memberikan banyak kesamaan mengenai kemanusiaan.
Ia memandang, Dokumen atau Deklarasi Abu Dhabi bukan hanya mengenai etika melainkan etik.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.