JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta jajaran pemerintah untuk menyelidiki dugaan adanya mafia beras yang dikemukakan oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
"Kalau masalah mafia mungkin harus didalami apakah betul ada, nanti saya minta dari pihak terkait untuk menyelidiki hal itu," kata Ma'ruf seusai Rakernas Pembangunan Pertanian di Gedung Bidakara, Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Ma'ruf mengatakan, dugaan adanya mafia di balik tingginya harga beras meski keran impor sudah dibuka mesti diteliti lebih jauh.
Namun, ia meyakini, kenaikan harga beras lebih dipengaruhi oleh situasi global maupun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: Wapres Minta Produksi Beras Digenjot, Jangan Hanya Fokus pada Surplus
"Itu yang pasti dampak dari krisis pangan global yang memang sekarang naik, oleh karena itu BBM naik, jadi dampak-dampak itu tentu akan berpengaruh," kata Ma'ruf.
Ia pun memastikan stok beras masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sementara, kebijakan impor beras diambil pemerintah sebagai langkah antisipasi.
"Untuk jaga-jaga saja kalau terjadi apa-apa, sebenarnya itu hanya cadangan saja. Jadi itu sifatnya untuk antisipasi saja karena seperti tadi dikatakan, sebanarnya kita masih surplus di tahun 2022 ini," ujar Ma'ruf.
Sebelumnya, Budi Waseso tak menampik jika harga beras saat ini masih mahal.
Namun, dia mengaku tak tahu apa penyebab beras masih mahal lantaran dirinya sudah menggelontorkan ratusan ribu ton beras untuk meredam harga.
Baca juga: Sudah Impor, tapi Beras Masih Mahal, Buwas Salahkan Oknum
Sementara di sisi lain, pria yang akrab disapa Buwas itu menduga salah satu penyebabnya adalah adanya mafia beras yang sengaja menjual beras dengan harga tinggi ke pedagang beras sehingga harga di konsumen juga mahal.
"Sebenarnya saya sudah tahu dan saya tidak bodoh-bodoh amat. Kalau "ada mafia", memang ada. Saya ini punya kebijakan atas dasar perintah Presiden, kita harus menggelontorkan sebanyak mungkin. Tidak ada monopoli terhadap masalah perberasan, karena beras adalah kebutuhan pokok yang mendasar," kata Buwas saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (10/1/2023).
Sayangnya Buwas masih pelit bicara soal siapa oknum atau mafia beras tersebut.
Baca juga: Mendag Minta Keran Impor Beras Ditutup, Buwas: Kami Batalkan, yang Tanggung Jawab Bukan Saya
Namun Buwas bilang, berdasarkan hasil video yang didapatkan, oknum tersebut bertugas menjadi koordinator dan mengintimidasi pedagang untuk mau membeli beras dengan harga mahal.
"Saya melepasnya dengan harga Rp 8.300 per kilogram, beras yang saya lepas sekarang itu berasnya impor yang notabene broken 5 atau premium, dijulanya Rp 8.300, seharusnya dengan Rp 8.300 sampai konsumen ya 9.000 lah, tapi yang terjadi harganya tetap tinggi," ungkap Buwas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.