JAKARTA, KOMPAS.com – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerima setidaknya 11 laporan terkait kasus anak yang diduga keracunan makanan berasap dengan nitrogen cair atau chiki ngebul.
“Setahu saya yang terakhir itu sampai dua minggu lalu ada enam atau tujuh kasus, ada tambahan lagi di Jawa Timur. Jadi sekitar 11 kalau enggak salah,” ujar Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) dalam konferensi pers virtual, Selasa (17/1/2023).
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut soal sebaran dari kejadian tersebut.
Baca juga: Waspada Keracunan Chiki Ngebul, Dinkes Tangsel Ingatkan Warga Bahaya Konsumsi Nitrogen Cair
Menurut Muzal, dari 11 kasus itu, ada satu kasus fatal hingga membutuhkan operasi.
Sejauh ini, IDAI belum memberikan rekomendasi ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menghentikan penggunaan nitrogen cair pada makanan, termasuk chiki ngebul.
Ia pun menyampaikan, sebetulnya nitrogen cair jika dikelola dengan baik dan kadar yang cukup itu diperbolehkan dalam makanan.
Kemenkes juga sudah mengatur soal penggunaan nitrogen cair dalam makanan.
“Belum (beri rekomendasi), tetapi memang nitrogen cair ini sebenarnya selama dikelola dengan baik dengan syarat tertentu di Kemenkes sudah ada. Cuma mungkin ada yang nakal atau belum mengerti ya,” kata dia.
Adapun chiki ngebul atau ice smoke merupakan jajanan yang dicampur dengan nitrogen cair, sehingga memunculkan efek asap dan dingin pada makanan.
Jajanan chiki ngebul pun belakangan menjadi sorotan karena menyebabkan keracunan pada sejumlah anak di berbagai daerah.
Baca juga: Alasan Kemenkes Belum Tetapkan KLB pada Kasus Chiki Ngebul
Seorang anak berinisial A (4) yang tinggal di wilayah Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi keracunan makanan chiki ngebul.
Ayah dari A, Jamaludin (30), mengatakan bahwa anaknya naik meja operasi akibat mengonsumsi chiki ngebul.
"Lambung anak saya berlubang dua sentimeter dan perutnya dijahit sekitar 15 sentimeter," ujar Jamaludin saat ditemui awak media, Senin (9/1/2023).
Atas kejadian ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi berpesan, orangtua harus berhati-hati dalam memberikan pangan bagi anaknya.
"Terutama karena anak-anak ini masih dalam pertumbuhan, sehingga makanan sehat bergizi lebih diutamakan daripada jajanan," kata Nadia melalui pesan singkat, Sabtu (8/1/2023).
Baca juga: Setelah Pemkot Bekasi, Pemkot Bogor Kini Larang Penjualan Chiki Ngebul
Nadia mengatakan, pemberian makanan berstandar pada anak artinya tidak membiarkan anak untuk sembarangan mengonsumsi makanan.
Di sisi lain, guna mencegah kasus keracunan jajanan chiki ngebul terulang kembali, Kemenkes pun akan melakukan pengawasan bahan pangan sebagai langkah mitigasi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.