Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Proporsional Tertutup dan Terbuka Menurut PKS

Kompas.com - 08/01/2023, 07:01 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PKS yang juga anggota Komisi II DPR, Mardani Ali Sera, memaparkan masing-masing keunggulan dan kelemahan yang dimiliki sistem proporsional tertutup dan sistem proporsional terbuka untuk Pemilu 2024 mendatang.

Sistem pelaksanaan pemilu ini diketahui sedang ramai diperbincangkan lantaran ada kemungkinan bahwa pemilu bakal kembali lagi ke sistem proporsional tertutup, seperti zaman Orde Baru.

"Sistem tertutup kelebihannya partai akan menjadi institusi yang lebih sehat. Karena yang dipilih adalah yang punya otoritas adalah partai, yang akan tumbuh berkembang adalah partai," ujar Mardani dalam jumpa pers virtual, Jumat (6/1/2023).

Mardani menjelaskan, dengan sistem proporsional tertutup, maka akan meminimalisir terjadinya fenomena kader partai 'kutu loncat'.

Baca juga: Tolak Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Nasdem Ajukan Jadi Pihak Terkait ke MK

"Misal 2004 dia kader Golkar, di 2009 dia kader Demokrat,dan selanjutnya PDI-P. Itu tidak membangun sistem itu berbasis individu," kata dia.

Mardani menilai akan terjadi kaderisasi yang baik dengan sistem proporsional tertutup.

Selain itu, masyarakat juga lebih tahu partai mana yang memiliki keterikatan dengan rakyat yang lebih baik.

Namun, tetap saja ada kelemahan pada sistem proporsional tertutup.

Mardani menyebut bisa saja ada diskriminasi perlakuan terhadap caleg partai yang maju.

Baca juga: Alasan Mengapa Harus Tetap Sistem Pemilu Proporsional Terbuka

"Pimpinan partai bisa semena-mena menentukan nomor urut, jadi yang dekat dapat nomor urut yang baik. Yang tidak beprestasi belum tentu mendapatkan nomor urut yang baik. Padahal haknya rakyat mendapatkan calon yang berkualitas," ucap Mardani.

Sementara itu, untuk sistem proporsional terbuka, membuat semua caleg memiliki peluang yang sama.

Sehingga, mereka akan bekerja dan berusaha sebaik mungkin demi mendapat suara terbanyak.

"Biasanya partai yang yang belum kuat, mereka akan berharap proporsional terbuka, karena seluruh calegnya menjadi prajurit untuk mencari suara," ungkap Mardani.


Dengan turunnya semua caleg, kata Mardani, maka para politisi ini akan dekat dengan rakyat.

Hanya, kekurangannya, peran partai menjadi minim, hanya sekadar menjadi koordinator.

"Padahal kalau kita mau sehat partainya juga harus sehat. Ideologis harus kuat, kaderisasinya harus punya prinsip yang itu bisa dioptimalkan ketika terbuka," imbuh dia.

Mardani berharap sistem proporsional tertutup tidak diterapkan di Pemilu 2024.

Kalaupun ingin mengabulkan sistem proporsional tertutup, Mardani meminta agar sistem itu baru diterapkan pada Pemilu 2029 saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com