Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 06/01/2023, 19:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR sekaligus Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Daulay mengatakan, anggaran untuk penanganan Covid-19 yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat besar.

Oleh karena itu, ketika kasus Covid-19 sudah melandai seperti saat ini, pemerintah mengurangi, bahkan menghapus anggaran untuk penanganan Covid-19.

"Kalaupun ada pengurangan anggaran yg dimaksud, berarti rancangan pembangunan kesehatan yang diajukan oleh pemerintah itu sudah didasarkan pada kajian-kajian dan analisis mendalam yang mereka lakukan, termasuk soal Covid-19," ujar Saleh saat dihubungi wartawan, Jumat (6/1/2023).

Baca juga: Tak Ada Anggaran Covid-19 di 2023, Nasdem: Kalau Belum Endemi, Harusnya Pemerintah Tetap Biayai

Ia menanggapi langkah pemerintah yang tidak lagi menganggarkan biaya penanganan Covid-19 dalam APBN di bidang kesehatan tahun 2023.

 

Menurut Saleh, pemerintah menilai kini Covid-19 cenderung melandai di Indonesia.

Bahkan, pemerintah sudah menilai Covid-19 bukan masalah lagi.

Melihat kondisi Covid-19 yang kian melandai, anggaran penanganan Covid-19 pun dikurangi.

"Jadi, akibatnya, bahwa ada pengurangan dana kesehatan yang sangat besar memang. Karena untuk dana pengelolaan Covid-19 kemarin itu besar sekali anggarannya," tutur dia.

Ia juga mengatakan, banyak pasien Covid-19 yang biaya pengobatannya ditanggung oleh pemerintah.

Selain itu, ada dana untuk alat kesehatan, tenaga medis, dan relawan tenaga honorer yang menjadikan dana untuk penanganan Covid-19 membengkak.

Belum lagi biaya untuk bantuan sosial dan dana bagi pengusaha agar tidak memecat karyawan.

"Nah itu yang dahsyat sekali biayanya. Nah itu sekarang sudah berkurang. Kelihatannya pemerintah sudah melihat bahwa ini tidak lagi seperti yang kemarin," kata Saleh.

Baca juga: PPKM Dicabut, Epidemiolog: Ada Kemungkinan Kasus Covid-19 Naik Lagi

Menurut Saleh, kini sudah waktunya bagi pemerintah untuk melakukan penghematan seiring melandainya kasus Covid-19.

Dia menyebut, semua lini dan sektor sosial ekonomi rakyat memang dibantu oleh negara pada saat kasus Covid-19 tinggi.

Maka dari itu, kata Saleh, kini pemerintah fokus memulihkan ekonomi nasional.

"Pemerintah sekarang fokus pada upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN). Makanya dana PEN supaya masyarakat menggeliat lagi kehidupan ekonominya," kata dia.

"Diarahkan ke situ juga sebagian anggaran, sehingga mengurangi bansos yang memang sudah banyak sekali dikeluarkan kemarin dan juga mengurangi dana di kesehatan," ujar Saleh.

Menurut dia, hal itulah yang menyebabkan anggaran pengelolaan Covid-19 untuk 2023 jadi dikoreksi.

Akibat tak ada anggaran penanganan Covid-19 dalam APBN di bidang kesehatan pada 2023, tak ada kepastian soal biaya pengobatan, perawatan, vaksin, dan obat Covid-19 masih akan ditanggung pemerintah atau ditanggung secara mandiri.

Adapun anggaran Kemenkes tahun 2023 menyusut menjadi Rp 85,5 triliun dari Rp 178,7 triliun atau berkurang sebesar 47,8 persen.

Baca juga: Tak Ada Anggaran Covid-19 di 2023, Nasdem: Kalau Belum Endemi, Harusnya Pemerintah Tetap Biayai

Jumlah tersebut termasuk untuk anggaran pembayaran iuran JKN bagi 96,8 juta jiwa peserta PBI sebesar Rp 46,5 triliun.

Rinciannya, anggaran untuk transformasi layanan primer sebesar Rp 5,9 triliun atau 7 persen dari total anggaran, anggaran untuk transformasi layanan rujukan Rp 18,4 triliun (21,5 persen), dan anggaran untuk transformasi sistem ketahanan kesehatan Rp 1,4 triliun (1,6 persen).

Kemudian, anggaran untuk transformasi pembiayaan kesehatan Rp 46,6 triliun (54,5 persen), anggaran transformasi SDM kesehatan Rp 3,8 triliun (4,4 persen), untuk transformasi teknologi kesehatan Rp 0,5 triliun (0,5 persen), dan untuk kegiatan rutin dan dukungan manajemen Rp 8,9 triliun (10,4 persen).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cek Harga Beras di Maros, Jokowi: Sudah Turun, tapi Harus Lebih dari Itu

Cek Harga Beras di Maros, Jokowi: Sudah Turun, tapi Harus Lebih dari Itu

Nasional
Karyoto Jadi Kapolda Metro Jaya, Firli Bahuri Terima Kasih ke Kapolri

Karyoto Jadi Kapolda Metro Jaya, Firli Bahuri Terima Kasih ke Kapolri

Nasional
Danpushidrosal Ungkap Indonesia Belum Punya Kapal yang Bisa Deteksi Kedalaman Laut Lebih dari 6.000 Meter

Danpushidrosal Ungkap Indonesia Belum Punya Kapal yang Bisa Deteksi Kedalaman Laut Lebih dari 6.000 Meter

Nasional
Menkumham Paparkan 10 Lapas dan Rutan “Over“ Kapasitas di Indonesia, Mana Saja?

Menkumham Paparkan 10 Lapas dan Rutan “Over“ Kapasitas di Indonesia, Mana Saja?

Nasional
Jokowi Resmikan Pengoperasian Jalur Kereta Api Makassar-Parepare

Jokowi Resmikan Pengoperasian Jalur Kereta Api Makassar-Parepare

Nasional
Polri Bagikan 2.000 Paket Sembako di Wilayah Jaksel, Harap Ringankan Beban Masyarakat

Polri Bagikan 2.000 Paket Sembako di Wilayah Jaksel, Harap Ringankan Beban Masyarakat

Nasional
Jakarta Terlambat 30 Tahun Bangun Transportasi Massal, Jokowi: Dari Pagi sampai Malam Macet

Jakarta Terlambat 30 Tahun Bangun Transportasi Massal, Jokowi: Dari Pagi sampai Malam Macet

Nasional
Antisipasi Tsunami, TNI AL dan Ilmuwan Teliti Gunung Berapi di Bawah Laut Flores

Antisipasi Tsunami, TNI AL dan Ilmuwan Teliti Gunung Berapi di Bawah Laut Flores

Nasional
Anies Diprediksi Pilih AHY Jadi Cawapres karena Paling Cerminkan Karakter Perubahan

Anies Diprediksi Pilih AHY Jadi Cawapres karena Paling Cerminkan Karakter Perubahan

Nasional
Jokowi: Hampir Semua Kota Terlambat Membangun Transportasi Publik

Jokowi: Hampir Semua Kota Terlambat Membangun Transportasi Publik

Nasional
Ratusan Personel Polri Dimutasi, Kompolnas: Penempatan Disesuaikan Keahlian dan Pengalaman

Ratusan Personel Polri Dimutasi, Kompolnas: Penempatan Disesuaikan Keahlian dan Pengalaman

Nasional
Pemerintah Minta DPR Tunda Pembahasan Revisi UU Narkotika, Akan Digabung dengan RUU Psikotropika

Pemerintah Minta DPR Tunda Pembahasan Revisi UU Narkotika, Akan Digabung dengan RUU Psikotropika

Nasional
Karyoto Jadi Kapolda Metro Jaya, KPK Akan Tunjuk Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi

Karyoto Jadi Kapolda Metro Jaya, KPK Akan Tunjuk Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi

Nasional
Gerindra: Tak Mungkin Ada Capres Selain Prabowo, Sandi Silakan Geser ke PPP

Gerindra: Tak Mungkin Ada Capres Selain Prabowo, Sandi Silakan Geser ke PPP

Nasional
KPK Amankan Dokumen Fiktif Pengaturan Cukai Rokok di Tanjung Pinang

KPK Amankan Dokumen Fiktif Pengaturan Cukai Rokok di Tanjung Pinang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke