Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Pengetatan Masuk WN China, Menkes: Varian Baru Tak Bisa Tembus Pertahanan Kita

Kompas.com - 03/01/2023, 13:52 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara terkait belum adanya pengetatan pintu masuk untuk warga negara asing, utamanya dari negara dengan kasus tinggi seperti China, setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut.

Budi menuturkan, tiga varian yang ada di China yang mendominasi sudah hadir ke Indonesia. Namun, varian virus tersebut tidak menyebabkan kenaikan kasus di dalam negeri karena imun masyarakat jauh lebih baik.

"Ini membuktikan apa? Bahwa memang varian-varian baru tidak bisa menembus sistem pertahanan masyarakat kita," kata Budi saat ditemui di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2022).

Baca juga: Turis dari China Dilarang Masuk Maroko, Cegah Gelombang Baru Covid-19

Budi mengungkapkan, imunitas yang kuat terbentuk dari kombinasi vaksinasi dan infeksi yang terjadi secara alami.

Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan penanganan Covid-19 yang dipilih pemerintah, yaitu kebijakan gas dan rem. Kebijakan ini berbeda dengan yang dipilih oleh China.

Adapun China menerapkan kebijakan nol kasus Covid-19 (Zero Covid-19) sehingga masyarakat sulit melakukan mobilitas. Akibatnya, infeksi Covid-19 secara alamiah lebih sulit terbentuk.

"Di Indonesia ada yang secara buatan kita suntik, tapi secara alamiah memang terjadi. Nah, di China karena lockdown sangat ketat, yang alamiah itu tidak sebanyak di Indonesia, tidak terbentuk," tutur Budi.

"Padahal secara science juga, imunitas yang paling kuat dan tahan lama adalah vaksinasi plus infeksi," sambungnya.

Adapun tiga subvarian baru yang mendominasi di China pada gelombang kali ini adalah BA.5.2; BA.2.75; dan BF.7.

Baca juga: Spanyol Wajibkan Tes Covid-19 untuk Pelaku Perjalanan dari China

Untuk di Indonesia, kasus subvarian BA.5.2 dan BA.2.75 sudah menurun setelah sempat mengalami puncak kasus. Sementara itu, subvarian baru BF.7 mulai masuk di bulan Juli, namun tidak mengalami peningkatan kasus hingga kini.

Budi melaporkan, subvarian BF.7 hanya ada 15 kasus sejak ditemukan pertama kali. Sampai saat ini, tidak ada penambahan kasus baru dari subvarian tersebut.

"BF.7 sudah 15 (kasus) dan tidak ada pergerakan lain. Jadi kita merasa tidak perlu mengetatkan kegiatan atau mengurangi, membatasi, kegiatan masyarakat karena imunitasnya sudah tinggi," jelas Budi.

Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo memutuskan menghentikan PPKM pada Jumat (30/12/2022). Pencabutan PPKM dilakukan saat kasus Covid-19 di berbagai negara kembali tinggi.

Baca juga: PPKM Dicabut, Kemenhub Bakal Koordinasi dengan Satgas Covid-19 Atur Masuknya WN China

Jokowi beralasan, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia sudah melandai, berkaca dari kasus harian Covid-19 pada 27 Desember 2022 yang hanya 1,7 kasus per 1 juta penduduk.

Ia menyebutkan, positivity rate mingguan juga sudah berada di angka 3,3 persen, kemudian bed occupancy rate 4,79 persen, serta angka kematian 2,39 persen.

"Lewat pertimbangan-pertimbangan yang berdasarkan angka-angka yang ada maka pada hari ini pemerintah memutuskan untuk mencabut PPKM," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com