JAKARTA, KOMPAS.com - Nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa mencuat jadi calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Nama dia muncul setelah disebut punya tempat spesial di Partai Nasdem usai pensiun sebagai Panglima TNI.
Baca juga: Nasdem Sebut Ada Tempat Spesial untuk Andika Perkasa, Setelah Tahun Baru Akan Silaturahmii
Adapun Andika Perkasa merupakan satu dari tiga bakal capres yang muncul dalam Rapat Kerja Nasional Partai Nasdem yang digelar Juni tahun ini. Tiga nama itu adalah Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Walhasil, kemunculan Andika Perkasa membuat daftar bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Anies melalui Koalisi Perubahan kian bertambah. Adapun Koalisi Perubahan ini sedang dikomunikasikan antara Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat.
Partai Demokrat mengusulkan ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Anies, sementara PKS mengajukan eks Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher).
Baca juga: Elektabilitas AHY sebagai Cawapres Moncer di Jawa, Demokrat: Mudah-mudahan Simbol Perubahan
Demokrat dan PKS mengaku belum pernah mendengar Nasdem mengajukan Andika ke Koalisi Perubahan. Walau begitu, mereka akan menghormati keputusan Nasdem jika mau mengusulkan Andika sebagai pendamping Anies.
Lantas, mana yang paling cocok? Anies-Andika, Anies-AHY, atau Anies-Aher? Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro memaparkan analisanya.
Awalnya, Agung menyebut kemunculan nama Andika Perkasa sebenarnya wajar. Sebab, Andika merupakan satu dari tiga capres yang pernah direkomendasikan Nasdem berdasarkan hasil rakernas.
"Kemunculan nama Andika ini wajar," ujar Agung saat dimintai konfirmasi, Kamis (22/12/2022).
Baca juga: PKS Hormati Pilihan Nasdem jika Usulkan Andika Perkasa ke Koalisi Perubahan
Agung menjelaskan, Andika yang sudah tidak lagi menjabat Panglima TNI otomatis membutuhkan dukungan politik agar tetap mampu eksis dalam orbit persepsi publik.
Sayangnya, menurut Agung, elektabilitas Andika sebagai capres ataupun cawapres belum memadai.
Sehingga, jika Nasdem memaksa mengusulkan Andika Perkasa ke Koalisi Perubahan, maka poros ini akan bubar atau layu sebelum berkembang.
"Karena Demokrat dan PKS tak kebagian jatah mengirimkan cawapres jagoannya," ucapnya.
Lebih jauh, Agung menilai pasangan Anies-AHY adalah yang paling tepat untuk diputuskan oleh Koalisi Perubahan.
Agung mengatakan, berdasarkan beragam simulasi dari lembaga survei kredibel, pasangan Anies-AHY mampu mengimbangi Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto.
Dia menyebut nama AHY mengemuka karena Demokrat sejauh ini berdiri tegas sebagai oposisi dan membawa narasi perubahan.
"Apalagi di saat yang sama AHY adalah Ketua Umum Demokrat, berbeda dengan sosok Andika yang kini belum memiliki jabatan publik apa pun," kata Agung.
Kemudian, untuk Aher, walaupun memiliki posisi sebagai Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, namun dia harus tetap bergantung kepada 98 nama majelis syuro lainnya, sebagaimana lazim pengambilan keputusan di internal PKS.
Agung pun mengatakan bahwa pasangan Anies-AHY lah yang paling memungkinkan untuk dideklarasikan oleh Koalisi Perubahan ke depannya.
"Kans Anies-AHY maju sebagai pasangan semakin besar," kata dia.
Baca juga: Soal Isu Andika Jadi Cawapres Kaolisi Perubahan, Demokrat Nilai AHY Lebih Mumpuni
Namun, Agung mengingatkan, Koalisi Perubahan harus memikirkan insentif apa yang perlu diberikan kepada PKS agar mereka bertahan di poros ini.
Jika membandingkan antara AHY, Andika Perkasa, dan Aher dengan elektabilitas cawapres yang muncul di lembaga survei kredibel, maka AHY yang paling unggul.
Misalnya, seperti dalam survei Charta Politika pada Desember 2022 ini. AHY mendapat elektabilitas 10,3 persen, hanya kalah dari Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Kemudian, Andika Perkasa memiliki elektabilitas sebanyak 4,3 persen. Sementara Aher tidak terlalu signifikan, hanya 0,5 persen.
Baca juga: AHY: Sebagai Partai Oposisi, Kami Tentu Ingin Menghadirkan Alternatif
Hasil serupa didapati dari lembaga survei kredibel lainnya, yakni Poltracking Indonesia.
Dalam rilisnya Kamis 22 Desember, Poltracking memaparkan bahwa AHY menjadi cawapres dengan elektabilitas paling unggul jika dibandingkan dengan Andika maupun Aher.
AHY mengantongi elektabilitas 11,7 persen, Andika 2,5 persen, dan Aher berada di posisi paling buncit di antara ketiga nama ini, yakni 0,8 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.