Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minta Pemda Dampingi, Kemendagri: Anggota Keluarga yang Alami "Stunting" Jangan Dibiarkan

Kompas.com - 17/12/2022, 07:37 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pembangunan Daerah (Bangda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Teguh Setyabudi mengatakan, pihaknya meminta pemerintah daerah (pemda) memberikan pendampingan bagi keluarga yang anggotanya mengalami stunting.

Stunting merupakan gangguan gagal tumbuh pada anak karena kondisi gizi buruk.

Teguh menekankan, upaya pencegahan stunting perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Jangan sampai, anggota keluarga yang terkena stunting dibiarkan begitu saja tanpa adanya asistensi asupan gizi dan pola hidup sehat," ujar Teguh, dilansir dari siaran pers Kemendagri, Jumat (16/12/2022).

“Berikan intervensi spesifik maupun intervensi sensitif khususnya yang menyangkut nutrisi asupan gizi, pola asuh yang benar, dan lingkungan serta sanitasi yang sehat,” katanya lagi.

Baca juga: Teken Kerja Sama dengan PBNU, Kemenkes Minta Dukungan Atasi Persoalan Stunting

Menurut Teguh, untuk intervensi spesifik melalui nutrisi asupan gizi dapat dilakukan dengan bahan makanan atau lauk pauk yang sesuai dengan kondisi lokal.

Misalnya, untuk daerah yang kaya dengan ikan, maka pemenuhan nutrisi dapat dilakukan dengan pemberian makanan olahan ikan.

"Selain itu, untuk bisa melakukan pendampingan dengan tepat sasaran, pendataannya dapat dilakukan by name by address sesuai dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga (KK)," katanya

Teguh juga mendorong pemanfaatan sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi sebagaimana yang sudah diterapkan di beberapa daerah, misalnya di Sumedang.

Baca juga: Masyarakat Belum Paham Dampak Buruk Stunting bagi Anak

Teguh mengatakan, saat ini kondisi prevalensi stunting secara global khususnya di kawasan Asia Tenggara cenderung mengalami penurunan.

Namun, masih diperlukan upaya khusus dalam percepatan pencapaian angka penurunan stunting sebesar 20 persen atau seperlima dari jumlah anak balita di suatu negara.

Tiga beban pada malnutrisi (The Triple Burden of Malnutrition) menjadi penyebab terjadi penurunan stunting di Asia Tenggara, yaitu kekurangan gizi, defisiensi mikronutrien, dan kelebihan gizi.

Penyebab lainnya juga diindikasikan berasal dari kemiskinan dan ketidakmerataan pembangunan, faktor sosial budaya, kualitas air buruk, sanitasi dan kebersihan buruk, serta kualitas gizi ibu dan kualitas pangan yang buruk.

"Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2019 dan 2021, kondisi prevalensi stunting secara nasional menunjukkan adanya penurunan dari 27,7 persen menjadi 24,4 persen," kata Teguh.

"Namun, penurunan itu belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang pada 2021 turun 21,1 persen atau selisih sekitar 3,3 persen," ujarnya lagi.

Baca juga: Wapres: Hanya Tersisa 2 Tahun untuk Capai Target Prevalensi Stunting 14 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

PPATK Koordinasi ke Kejagung Terkait Aliran Dana Harvey Moeis di Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Prabowo-Titiek Soeharto Hadiri Acara Ulang Tahun Istri Wismoyo Arismunandar, Ada Wiranto-Hendropriyono

Nasional
Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Banyak Catatan, DPR Dorong Revisi UU Pemilu Awal Periode 2024-2029

Nasional
Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Pakar Ragu UU Lembaga Kepresidenan Terwujud jika Tak Ada Oposisi

Nasional
Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Istana Sebut Pertemuan Jokowi dan Prabowo-Gibran Semalam atas Inisiatif Prabowo

Nasional
Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com