Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Sebut Omicron BN.1 Berpotensi Kontribusi pada Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 16/12/2022, 17:09 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai Covid-19 subvarian Omicron, BN.1, berpotensi berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Sejauh ini, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sudah terdapat satu kasus BN.1 yang ditemukan di Indonesia.

Kendati demikian, belum ada potensi peningkatan dari kasus BN.1.

"BN.1 ini berpotensi juga turut dalam salah satu faktor kontributor dari peningkatan kasus, gelombang yang memang mix subvarian saat ini eranya. Di mana, tidak hanya didominasi oleh satu varian, atau subvarian saja," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/12/2022).

Baca juga: Kemenkes Temukan Satu Kasus Omicron BN.1 di Indonesia

Dicky mengungkapkan, selain BN.1, subvarian baru lainnya juga berpotensi memiliki andil dalam peningkatan kasus Covid-19, termasuk CJ.1.

Ia mengatakan, kedua subvarian baru ini lebih mudah menular karena mudah terikat dan mampu menghalau imunitas.

Apalagi, antibodi yang terbentuk dari vaksin Covid-19 menurun sejak enam bulan pasca vaksinasi.

Kendati begitu, vaksinasi Covid-19 tetap menjadi salah satu cara paling efektif mencegah kesakitan dan kematian yang lebih parah. Tanpa vaksinasi, tingkat keparahan dan kematian pasca infeksi akan lebih parah dibanding yang sudah mendapat vaksin.

"Saat ini vaksin yang ada ini memang relatir cukup efektif," ujarnya.

Baca juga: Dinkes DKI Pastikan 24 Pasien Positif Omicron BN.1 di Jakarta Sudah Sembuh Seluruhnya

Lebih lanjut, Dicky mengimbau masyarakat untuk meningkatkan mitigasi risiko dan menerapkan protokol kesehatan, terutama saat Natal dan tahun baru 2023 yang tingkat mobilitas masyarakat cenderung meningkat.

Jika penerapan protokol kesehatan berkurang, maka infeksi Covid-19 menjadi tak terelakkan.

"Bisa dibayangkan ketika mitigasi kurang, upaya pencegahan kurang, maka infeksi/reinfeksi yang terjadi akan membuat virus ini lebih mudah mereplikasi dan juga bermutasi," kata Dicky.

Sebelumnya diberitakan, ada 24 pasien positif Omicron, BN.1 di Jakarta. Subvarian ini muncul setelah subvarian sebelumnya, yakni XBB dan BQ.1.

Baca juga: 24 Pasien Positif Omicron BN.1 di DKI Jakarta, Mayoritas Alami Gejala Ringan

Terkait subvarian ini, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, belum ada potensi peningkatan dari BN.1.

Namun, pihaknya akan mengamati pola infeksi kasus terlebih dahulu. Sejauh ini, beberapa negara belum mengumumkan adanya peningkatan kasus akibat BN.1.

"Kita perhatikan ada subvarian baru BN.1. Tapi kemudian kita melihat tren juga di banyak negara belum terjadi peningkatan. Nah, nanti kita lihat pola polanya apakah ada seperti itu," ucap Nadia beberapa waktu lalu.

Munculnya BN.1 turut menggeser subvarian sebelumnya, yakni XBB, XBB.1, dan BQ.1. Bahkan Indonesia sudah melewati gelombang XBB.1.

Baca juga: Fakta dan Sebaran Covid-19 Varian Omicron BN.1 di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Harga Bawang Merah Melonjak, Mendag Zulhas: Karena Tidak Ada yang Dagang

Nasional
Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Dua Tersangka TPPO Berkedok Magang Sembunyi di Jerman, Polri Ajukan Pencabutan Paspor

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Tak Dukung Anies Maju Pilkada DKI, PKS: Beliau Tokoh Nasional, Jangan Kembali Jadi Tokoh Daerah

Nasional
Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Zulhas Ungkap Arahan Prabowo soal Buka Pintu Koalisi

Nasional
Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Menpan-RB Minta Pemprov Kalbar Optimalkan Potensi Daerah untuk Wujudkan Birokrasi Berdampak

Nasional
Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Prabowo Mau Kasih Kejutan Jatah Menteri PAN, Zulhas: Silakan Saja, yang Hebat-hebat Banyak

Nasional
Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Selain Bima Arya, PAN Dorong Desy Ratnasari untuk Maju Pilkada Jabar

Nasional
Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Perkecil Kekurangan Spesialis, Jokowi Bakal Sekolahkan Dokter RSUD Kondosapata Mamasa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com