Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Muhammad Yusuf ElBadri
Mahasiswa Program Doktor Islamic Studies UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengkaji Islam dan Kebudayaan

Indonesia Tanpa Buya Syafi'i dan Prof. Azra

Kompas.com - 16/12/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BUYA Syafi’i Maarif berpulang pada 22 Mei 2022 dalam usia 87 tahun di Yogyakarta. Tujuh belas minggu kemudian kepulangannya disusul oleh Prof. Azyumardi Azra dari RS Malaysia.

Waktu itu tanggal 18 September 2022. Ia menyusul ketika dalam perjalanan menuju ceramah di komunitas pemuda Islam Malaysia.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, saat memberikan siraman rohani pada perayaan syukuran dan peluncuran buku HUT Ke-50 Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (28/6/2015).KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO(KRISTIANTO PURNOMO) Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, saat memberikan siraman rohani pada perayaan syukuran dan peluncuran buku HUT Ke-50 Harian Kompas di Bentara Budaya Jakarta, Minggu (28/6/2015).
Seolah punya janjian, kedua intelektual Muslim itu berpulang keharibaan Tuhan pada hari Minggu, hari di mana semua orang di Indonesia sedang bersantai.

Sehingga waktu bersantai itu terganggu oleh berita kepulangan mereka menuju alam keabadian.

Keduanya adalah tokoh, pemikir, dan sama-sama pernah menduduki jabatan paling bergengsi di bidang yang ditekuni.

Buya Syafi’i menjabat Ketua Umum Muhammadiyah periode 1998-2005 dan pada saat yang sama Prof. Azyumardi Azra menjabat sebagai Rektor UIN Jakarta periode 1998-2006.

Setelah dua cendekiawan Muslim yang produktif menulis ini, Indonesia memang agak terasa lain. Sunyi, agak gelap, dan seolah berjalan tanpa arah dan tujuan.

Sebab selama ini, kepada Buya Syafi’i maupun Prof. Azra-lah harapan tertumpang untuk menyampaikan suara publik sebagai penerang jalan kereta besar bernama Indonesia.

Buya Syafi’i dan Prof. Azra terkenal dengan kritikan-kritikan yang tajam, apa adanya, elegan, berani, dan tanpa beban.

Inilah alasan utama kenapa suara dari dua cendekiawan lulusan Amerika itu ditunggu-tunggu ketika ada persoalan bangsa yang genting tentang Islam, demokrasi, pemberantasan korupsi, dan kemanusiaan.

Ketika Indonesia berada dalam suasana yang tak menentu seperti sekarang, pandangan dan pikiran kedua guru bangsa itu ingin benar kita mendengarnya.

Masalah utama Indonesia dalam enam bulan terakhir yang disorot publik adalah soal penengakan hukum, korupsi, dan tragedi kemanusiaan.

Biasanya bila ada persoalan bangsa yang besar dan penting, tetapi penyelesaiannya terhambat oleh berbagai kepentingan, beliau berdualah tumpuan publik untuk bicara.

Lidah kedua cendekiawan asal Sumatera Barat itu memang asin bagi pemerintah dan pemangku kebijakan di republik ini. Bila mereka sudah bicara, tak sedikit kebijakan yang akhir berubah atau paling tidak dibicarakan secara serius sebelum atau sesudah diputuskan.

Sekarang lidah asin Buya Syafi’i atau komentar tajam Prof. Azra sudah tidak ada. Sementara persoalan bangsa ini kian tambah runyam.

Tragedi Kanjuruhan yang sudah tak jelas di mana ujungnya. Pemberantasan korupsi sedang tertatih-tatih. Internal polisi kian telanjang dan nampak busuk.

Buya Syafi’i dan Prof. Azra harus diakui merupakan cendekiawan yang bicara tanpa beban apapun. Dua orang ini tak punya rasa takut sedikitpun ketika mengatakan hal mesti dikatakan. Mereka enggan berpihak pada kepentingan kekuasaan manapun.

Kehadiran pemikir dan intelektual yang punya integritas seperti Buya Syafi’i dan Prof. Azra kini sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

Dalam dua tahun ke depan Indonesia akan memasuki tahun-tahun yang kian berat karena ekonomi dan politik sekaligus. Kita belum melihat tanda-tanda siapa tokoh yang pandangan, dan pikirannya layak dipertimbangkan.

Ketika dua cendekiawan Muslim itu masih hidup, kita biasa membaca pikiran, petunjuk dan peringatan-peringatan kecil dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peringatan dan petunjuk yang ditulis secara konsisten itu dapat dengan mudah ditemui hampir setiap harinya di berbagai media cetak.

Berkat konsistensi dalam menulis itu, pembaca tahu dan mengerti ke mana arah perjalanan bangsa ini berjalan dan apa yang sesungguh sedang terjadi dengan bangsa ini.

Kini publik tak lagi mengerti apa yang sungguh-sungguh terjadi dan sedang ke mana arah perjalanan Indonesia ini.

Kalaupun ada suara peringatan untuk bangsa ini dari beberapa intelektual, kadang hanya terjadi sesekali. Pikiran mereka tidak dapat dibaca setiap minggu atau setiap bulan.

Setelah mereka berpulang, Indonesia benar-benar kehilangan suluh. Waktu empat bulan terasa begitu lama menunggu suluh baru untuk nyala kembali.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Muhadjir Klarifikasi Pernyataan 'Kiamat' soal Polemik Piala Dunia U-20

Muhadjir Klarifikasi Pernyataan "Kiamat" soal Polemik Piala Dunia U-20

Nasional
Sederet Fakta Korupsi Bupati Kapuas, untuk Biaya Politik dan Belanja Barang Mewah

Sederet Fakta Korupsi Bupati Kapuas, untuk Biaya Politik dan Belanja Barang Mewah

Nasional
Mendadak 'Miskin' Usai Flexing Terkuak

Mendadak "Miskin" Usai Flexing Terkuak

Nasional
Soal Rumor Pelaksanaan Piala Dunia U-20 Dipindah ke Peru, Muhadjir: Kita Masih Berharap Itu di Indonesia

Soal Rumor Pelaksanaan Piala Dunia U-20 Dipindah ke Peru, Muhadjir: Kita Masih Berharap Itu di Indonesia

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pemerintah Lobi FIFA soal Israel | Saat Jokowi Beri Perintah ke PPATK dan Mahfud MD Terkait Transaksi Janggal

[POPULER NASIONAL] Pemerintah Lobi FIFA soal Israel | Saat Jokowi Beri Perintah ke PPATK dan Mahfud MD Terkait Transaksi Janggal

Nasional
Kepala BIN Disarankan Mundur Jika Ingin Dukung Bakal Capres Tertentu

Kepala BIN Disarankan Mundur Jika Ingin Dukung Bakal Capres Tertentu

Nasional
Pujian Kepala BIN ke Prabowo Dinilai Bisa Cederai Prinsip Pemilu Jurdil

Pujian Kepala BIN ke Prabowo Dinilai Bisa Cederai Prinsip Pemilu Jurdil

Nasional
Legislator PDI-P Tak Sependapat Soal Jangan Campuradukkan Politik dengan Sepakbola

Legislator PDI-P Tak Sependapat Soal Jangan Campuradukkan Politik dengan Sepakbola

Nasional
Bantah Sugeng IPW, Kuasa Hukum Klaim Wamenkumham Tak Intervensi Perizinan PT CLM

Bantah Sugeng IPW, Kuasa Hukum Klaim Wamenkumham Tak Intervensi Perizinan PT CLM

Nasional
Pemerintah Usul Ke FIFA Jadwal Ulang Pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia

Pemerintah Usul Ke FIFA Jadwal Ulang Pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia

Nasional
KPK Geledah 4 Tempat Terkait Korupsi Tukin ASN Kementerian ESDM, Temukan Uang Miliaran Rupiah

KPK Geledah 4 Tempat Terkait Korupsi Tukin ASN Kementerian ESDM, Temukan Uang Miliaran Rupiah

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Wamenkumham Minta Asprinya Jadi Komisaris PT CLM

Kuasa Hukum Bantah Wamenkumham Minta Asprinya Jadi Komisaris PT CLM

Nasional
Kritik Ucapan Mekeng 'Makan Uang Haram Kecil-kecil', KPK: Sedikit atau Banyak Tidak Layak

Kritik Ucapan Mekeng "Makan Uang Haram Kecil-kecil", KPK: Sedikit atau Banyak Tidak Layak

Nasional
Komisi Yudisial Kutuk Pembacokan Mantan Ketua KY Jaja Ahmad Jayus

Komisi Yudisial Kutuk Pembacokan Mantan Ketua KY Jaja Ahmad Jayus

Nasional
Persoalan Piala Dunia U-20, Muhadjir: Kita Masih Berusaha Mencari Titik Temu

Persoalan Piala Dunia U-20, Muhadjir: Kita Masih Berusaha Mencari Titik Temu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke