PEMILIHAN pemimpin negara masih lama, namun euforianya sudah mulai terasa. Kemunculan pernyataan Presiden Joko Widodo terkait pemimpin berambut putih yang digadang-gadang baru-baru ini makin menambah atmosfer praduga, yakni menduga-duga apa yang ingin presiden tandai melalui istilah rambut putih tersebut.
Mengandalkan kamus besar bahasa Indonesia maupun kamus linguistik, sepertinya bukanlah pilihan yang tepat.
Secara etimologis, bentuk rambut putih dapat dikenali sebagai frasa, yakni rambut yang berwarna putih.
Meskipun demikian, rambut (yang berwarna) putih secara tidak langsung memiliki kedekatan makna dengan uban. Ya, KBBI mendefinisikan uban sebagai rambut yang sudah putih atau mulai memutih.
Nah, asosiasi yang digunakan sang presiden menarik bukan?
“Pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari mukanya. Dari penampilannya kelihatan. Banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat. Ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua,” kata Presiden Jokowi kepada para relawannya saat acara Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/11/2022).
Yuk, kita kuliti helai demi helai pernyataan tersebut. Kita mulai dari membaca secara heuristik, menganalisis dari perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi keputusan (KBBI).
Perlu pemahaman awal terkait arti yang tampak (manifest) dan arti yang tersembunyi (latent) yang diuraikan Asa Berger (1984), jika ingin mengungkap misteri rambut putih.
Mudahnya, manifest merupakan makna secara umum, sedangkan latent makna tersembunyi.
“Pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari mukanya”. Manifest kalimat ini terpampang jelas. Presiden mengeluarkan pernyataan tersebut tentunya sesuai dengan apa yang telah dipelajari tentang hakikat kepemimpinan.
Lalu, ia mengurai indikator muka, yakni banyak kerutan.
Kerutan, secara denotatif, merupakan lipatan pada dahi. Harfiah, kerutan muncul sebagai tanda hilangnya elastisitas pada kulit di bagian dahi. Tanda alam yang hanya bisa dilawan dengan suntikan kimia. Sudahlah, usia tidak bisa didustai.
Kerutan menjadi satu penanda ketuaan. Ingat, ke-tuaan ya, bukan kedewasaan.
Kerutan sudah memberikan sinyalemen awal siapa yang dimaksud presiden. Ya, jelas, mestilah sosok tersebut tidak lagi berusia muda.
Lantas, sudah pastikah yang disasar ialah sosok berusia lanjut? Sekali lagi, apa iya?
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.