JAKARTA, KOMPAS.com - Gerak-gerik relawan Joko Widodo akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik setelah digelarnya acara silaturahmi relawan bertajuk "Gerakan Nusantara Satu" di Gelora Bung Karno (GBK) pada 26 November 2022.
Kegiatan yang dihadiri secara langsung oleh Presiden Jokowi itu diikuti ribuan relawan.
Pihak panitia menyebutkan, acara diikuti para relawan dari seluruh Indonesia.
Dalam gelaran itu, Jokowi menyampaikan agar relawannya memilih calon pemimpin dengan sejumlah ciri, salah satunya berambut putih.
Baca juga: Bantah Relawan Jokowi jadi Calo Politik, Projo: Jo Man Pertama Kali Deklarasi Dukung Capres
Sebab, menurut Jokowi, pemimpin dengan banyak kerutan dan berambut putih berarti banyak berpikir untuk masyarakat.
Selain pesan dari Jokowi, acara itu pun diwarnai deklarasi para relawan yang menyatakan "2024 manut Jokowi" dan adanya sejumlah atribut yang menyerukan "Jokowi 3 periode".
Sejumlah pihak lantas menyampaikan kritik atas kegiatan itu.
Kritik antara lain menyoroti pelaksanaan kegiatan, penggunaan lokasi, pelibatan masyarakat dan kehadiran Presiden Jokowi yang memberikan kode-kode soal kriteria calon presiden (capres) masa depan.
Kritik juga datang dari Ketua Relawan Jokowi Mania (Jo-Man) Immanuel Ebenezer. Dia menilai bahwa relawan Jokowi kini sudah terbelah.
Hal itu disampaikannya dalam diskusi bertajuk "Ngopi dari Seberang Istana" yang diselenggarakan Lembaga Survei KedaiKopi, Minggu (4/12/2022).
Pria yang akrab disapa Noel ini juga menyinggung soal hajatan "Gerakan Nusantara Satu". Ia menyebut acara itu sebagai "Event Jokowi paling buruk".
Noel mengaku diundang ke acara tersebur, tetapi undangan itu tiba pada detik-detik terakhir.
Baca juga: Relawan Jokowi Sodorkan Nama Capres, Immanuel Ebenezer: Ini Relawan atau Calo Ya?
Menurut dia, hal itu bukti bahwa soliditas relawan Jokowi sudah terbelah.
Ia mengaku tersingkir dari arus utama karena menolak usulan Jokowi menjabat sebagai presiden tiga periode.
"Kalau mau jujur, relawan Jokowi sudah tidak ada karena mereka sibuk soal cari uang buat event, yang satu cari lewat event dengan gerilya-gerilya politik," ujar dia.
"Yang satu sibuk juga menciptakan Jokowi jadi monster politik," kata Noel.
Dia mengatakan, keterbelahan kelompok yang mengaku sebagai relawan Jokowi itu tak dapat dilepaskan dari kepentingan masing-masing.
Tak hanya ada dua kelompok, menurut Noel, ada banyak faksi di dalam kelompok relawan.
"Saya di dalam sana. Jadi, saya tahu perilakunya satu-satu," ujar Noel dalam diskusi tersebut.
"Kalau Anda bilang ada 2 faksi sih tidak, (tapi) berfaksi-faksi. Ada kelompok yang (mendukung Jokowi) 3 periode, ada kelompok nyari duit dengan nyari event, wah, macam-macamlah," kata dia lagi.
Baca juga: Ketua Joman: Relawan Jokowi Terbelah Beberapa Faksi, Ada yang Cari Uang dan Incar Kursi Menteri
Noel beranggapan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kualitas demokrasi Indonesia ke depan.
Sebab, relawan justru berupaya menjadi bagian dari penikmat kekuasaan yang disebutnya menyimpang.
"Ada yang mau perpanjang jabatannya, ada yang (karena) sedikit lagi pemilu, banyak menteri mau mundur (berpikir) 'Gue eksis, ah, biar bisa jadi menteri'. Nah banyak," ujar dia.