JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan suami istri terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo kembali menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2022).
Sidang pekan ketujuh kasus pembunuhan Brigadir J ini menghadirkan dua terdakwa dengan sembilan saksi.
Pantauan Kompas.com, Ferdy Sambo terlihat lebih dulu masuk ke ruang persidangan sekitar pukul 09.45 WIB.
Baca juga: BERITA FOTO: JPU Hadirkan 9 Saksi di Sidang Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi
Kemudian, Putri Candrawathi masuk ke ruang sidang pukul 09.56 WIB.
Saat Putri tiba, terlihat Ferdy Sambo yang menggunakan pakaian kemeja putih langsung berdiri dari bangku dan merangkul istrinya yang menggunakan baju berwarna hitam
Seperti sidang-sidang sebelumnya, Ferdy Sambo kemudian memeluk dan memberikan ciuman di kening Putri Candrawathi.
Kedua terdakwa kemudian diminta untuk duduk bersama dengan kuasa hukumnya di sisi selatan ruang persidangan.
Dalam sidang kali ini, saksi yang dihadirkan adalah Mantan Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Selatan Ridwan R Soplanit, dan Eks Kanit 1 Satreskrim Polres Jaksel Rifaizal Samual.
Saksi lainnya adalah Martin Gabe Sahaja, Sulap Abo, Teddy Rohendi, Endra Budi Argana, Reinhard Reagend Mandey, Dhanu Fajar Subekti dan Arsyad Daiva Gunawan.
Diketahui, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J bersama-sama dengan Richard Eliezer atau Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.
Dalam dakwaan disebutkan bahwa Richard Eliezer menembak Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo.
Peristiwa pembunuhan Yosua disebut terjadi usai Putri Candrawathi mengaku dilecehkan Brigadir J di Magelang.
Kemudian, Ferdy Sambo marah dan merencanakan pembunuhan terhadap Brigadir J yang melibatkan Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf.
Akhirnya, Brigadir J tewas di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.
Baca juga: Ferdy Sambo Bakal Beri Keterangan soal Ismail Bolong Usai Sidang
Atas perbuatannya, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Keduanya terancam pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup, atau selama-lamanya 20 tahun.
Sementara itu, khusus untuk Ferdy Sambo, jaksa juga mendakwanya terlibat obstruction of justice atau perintangan proses penyidikan pengusutan kasus kematian Brigadir J.
Ferdy Sambo dijerat dengan Pasal 49 juncto Pasal 33 subsider Pasal 48 Ayat (1) jo Pasal 32 Ayat (1) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan/atau Pasal 233 KUHP subsider Pasal 221 Ayat (1) ke 2 jo Pasal 55 KUHP.
(Penulis Singgih Wiryono | Editor Novianti Setuningsih)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.