KOMPAS.com - Pemerintah terus mendorong dan sekaligus mengapresiasi partisipasi pelaku usaha dalam upaya turut mendukung percepatan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Saat ini, pemerintah tengah melaksanakan berbagai program akselerasi agar porsi EBT mencapai target 23 persen pada bauran energi nasional tahun 2025 dan terpenuhinya target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Salah satu cara untuk mewujudkan itu adalah dengan menggalakan program pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap secara masif baik pada sektor rumah tangga, ekowisata, sektor industri maupun bangunan komersial dan sosial.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Andriah Feby Misna mengatakan, PLTS Atap merupakan salah satu program yang didorong untuk mengisi gap pencapaian target bauran energi terbarukan.
“(Selain itu PTS Atap) juga menjadi solusi pemanfaatan energi terbarukan di perkotaan yang lahannya terbatas dan memberikan peluang bagi seluruh masyarakat untuk turut berkontribusi di dalam pengembangan energi terbarukan,” tutur Andriah Feby Misna pada acara Peresmian PLTS Atap PT Indo Kordsa Tbk di Bogor (Rabu, 23/11/2022).
Baca juga: Insentif PLTS Atap, Dorong EBT dan Pangkas Tagihan Listrik
Dengan terpasangnya PLTS Atap 4,8 MW di PT Indo Kordsa, Feby menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada perusahaan ini karena telah menjadi bagian dari upaya bersama mendorong pemanfaatan EBT.
Tidak hanya itu, itu, Febby juga mengapresiasi TotalEnergies atas terlaksananya konstruksi PLTS Atap dengan baik.
Ia mengatakan, PLTS Atap merupakan salah satu program pemanfaatan energi surya yang menjadi salah satu sumber energi terbarukan. Apalagi potensi energi surya di Indonesia sangat melimpah.
Dilansir ebtke.esdm.go.id, Rabu (24/11/2022), potensi energi surya di Indonesia mencapai 3.295 gigawatt (GW), sedangkan yang dimanfaatkan PLTS baru mencapai 260 megawatt (MW).
“Berdasarkan identifikasi kami, potensi PLTS Atap secara nasional mencapai 32,5 GW dari pelanggan golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah. Pemanfaatan PLTS Atap pelanggan PLN secara nasional per Oktober 2022 mencapai 71,35 MW yang berasal dari 6.261 Pelanggan,” urai Feby.
Lebih lanjut, Feby menjelaskan sektor industri adalah konsumen energi final terbesar kedua setelah sektor transportasi, yaitu 264 juta setara barel minyak (SBM) atau 31 persen dari total konsumsi energi nasional.
Menurutnya, tren persaingan pasar global saat ini menuntut industri untuk menciptakan produk hijau yang proses produksinya menggunakan sumber EBT. Ekonomi ke depannya akan bertumbuh ke arah green economy yang didukung dengan adanya green industry.
“Implementasi PLTS Atap akan menjadi salah satu pilihan optimal di sektor industri karena sektor ini sangat energy-intensive dengan profil beban yang cukup merata sepanjang hari. Dengan memasang PLTS atap, pelaku industri dapat menggantikan sebagian kebutuhan listriknya di siang hari menjadi energi terbarukan sekaligus menghemat tagihan listrik,” ujar Feby,
Pada kesempatan ini, Feby mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong perubahan, terutamanya dari sisi regulasi agar masyarakat lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam program PLTS Atap ini.
Hal tersebut, kata dia, diwujudkan dengan terbitnya Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2021, sebagai penyempurnaan aturan sebelumnya.