JAKARTA, KOMPAS.com - Pengacara korban tragedi Kanjuruhan Andi Irfan mengatakan dari 136 korban jiwa akibat tragedi tersebut, 39 masih berusia anak-anak.
Hal tersebut dia sampaikan saat konferensi pers usai bertemu dengan Komisioner Komnas HAM RI di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2022).
Atas dasar tersebut, Andi mengatakan, korban tragedi Kanjuruhan tidak hanya melaporkan kasus itu ke Komnas HAM tetapi juga ke Komisi Perlidungan Anak Indonesia (KPAI).
"Kenapa kami ke sana (KPAI), karena apa? Jadi 136 korban jiwa dalam tragedi kanjuruhan 39 di antaranya adalah anak-anak yang meninggal dunia," ujar Andi, Kamis.
Baca juga: Polisi Disebut Intimidasi Korban Kanjuruhan hingga Tolak Usut Laporan Baru
Tidak hanya korban jiwa, Andi juga menyebut ada korban luka-luka berusia anak yang disebabkan oleh tembakan gas air mata yang dilontarkan aparat kepolisian saat tragedi itu terjadi.
Selain melaporkan ke Ombudsman, Andi mengatakan tim kuasa hukum korban tragedi Kanjuruhan bergerak melaporkan tindak maladministrasi ke Ombudsman RI.
Tindak maladministrasi tersebut berkaitan dengan tindakan kepolisian yang menolak sejumlah laporan baru terkait peristiwa yang menewaskan ratusan jiwa itu.
"Kedua, polisi melakukan rekonstruksi peristiwa tidak sesuai dengan fakta yang ada dan beberapa tindakan lain terkait penyelidikan yang berpotensi mengarah ke obstruction of justice, itu yang kami duga adanya maladiministrasi," tutur Andi.
Baca juga: Soal Tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM Sebut Sponsor Ngeluh jika Big Match Tak Digelar pada Prime Time
Andi juga menyebut akan melakukan pertemuan dengan Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) untuk upaya perlindungan para korban dari tindak intimidasi aparat.
Karena, menurut Andi, masih ada korban Kanjuruhan yang mendapat intimidasi dari aparat kepolisian.
Sebagaimana diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang digelar malam hari pada Sabtu (1/10/2022) menelan banyak korban jiwa dan korban luka.
Tercatat 136 orang meninggal dunia. Sementara, ratusan korban lainnya luka ringan hingga berat.
Banyaknya korban yang jatuh diduga karena kehabisan oksigen dan berdesakan setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah tribune.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.