JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, koalisi antara Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bukan hanya menghadapi pemodal besar, melainkan juga "penguasa besar".
Ia mengatakan, wajar bila koalisi yang menamakan diri sebagai Koalisi Perubahan itu tidak kunjung dideklarasikan. Hal itu berkaca dari banyaknya tekanan setelah Nasdem mendeklarasikan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres).
"Sejak Nasdem deklarasikan Anies sebagai capres, kontan tekanan dari banyak pihak bermunculan, sehingga wajar jika deklarasi bersama ini temui hambatan, tidak saja pemodal besar, melainkan juga 'penguasa besar'," kata Dedi saat dihubungi, Sabtu (12/11/2022).
Baca juga: Kerenggangan Nasdem dan Jokowi, Pengamat Sebut Kemungkinan Menteri dari Nasdem Kena Reshuffle
Dedi menuturkan, tidak dapat dimungkiri bahwa Anies mempunyai potensi membangun dukungan besar pada Pemilihan Presiden 2024. "Dan ada yang saat ini miliki kekhawatiran itu, sehingga memulai konstestasi jauh lebih cepat, yakni sejak masa keterusungan sudah mulai saling menjegal," ujar Dedi.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa Nasdem, Demokrat, dan PKS harus menghadapi tekanan tersebut.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKS Mardani Ali Sera menyebut perlawanan oligarki menjadi salah satu alasan deklarasi Koalisi Perubahan tertunda.
Baca juga: Nasdem Tak Dapat Ucapan HUT dari Jokowi, Pengamat: Hubungan Berada di Titik Terendah
Mardani mengaku saat ini pihaknya tengah menggalang format gerakan. Pihaknya tidak menginginkan keterlibatan 'pemodal besar' dalam koalisinya.
Adapun Nasdem ingin mendeklarasikan Koalisi Perubahan bersama Demokrat dan PKS pada Kamis (10/11/2022), akan tetapi hal itu urung digelar.
“Kami di Koalisi Perubahan lagi coba, kenapa agak lama? Bocoran sedikit, kami lagi lawan oligarki, ini enggak boleh ada pemodal besar yang menguasai kita,” kata Mardani dalam diskusi yang digelar Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Salemba, Jakarta Pusat, Kamis.
Terpisah, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh justru mengharapkan kedatangan pemodal besar, di saat PKS sedang melawan pemodal besar tersebut.
"Siapa pemodal besar itu? Kita pun juga kepengin. Coba sebutkan kita kepengin, katakan kita kepengin," ujar Paloh saat ditemui di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2022).
Paloh menjelaskan, pemodal besar itu harus mau dekat dan bersimpati dengan Nasdem. Jika ya, Nasdem akan menghormati pemodal besar tersebut.
"Ini kan apes ini. Pemodal besar enggak ada, pemodal kecil enggak ada," ucap dia.
Baca juga: Soal Nasib Nasdem di Kabinet, Surya Paloh: Terserah, Bola di Tangan Presiden
Akan tetapi, Paloh tetap mewaspadai jika ternyata pemodal besar tersebut ingin mengacaukan koalisi Nasdem-Demokrat-PKS.
Dia pun menyebut segala kemungkinan bisa saja terjadi jelang Pilpres 2024.
"Heh, ini kan segala kemungkinan bisa terjadi. Kalau kita bilang iya, salah. Kita bilang tidak, juga salah. Jadi kita harus waspada. Bahasa Jawanya eling dan wospodo," imbuh Paloh.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.