SURABAYA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto enggan mengomentari atau mengungkap kisah lama saat partainya dan Partai Nasdem memutuskan berkoalisi mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden pada Pemilu 2014.
Hal itu diungkapkan Hasto saat ditanya soal klaim Nasdem menjadi partai pertama pengusung Jokowi ketika PDI-P tidak memenuhi syarat mengusung presiden pada 2014.
Baca juga: Kisah Surya Paloh Terima Ajakan Megawati Usung Jokowi Tanpa Syarat
"Yah kisah lama kan ada yang menggembirakan. Ada yang kisah sedih di hari Minggu," kata Hasto ditemui di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022) malam.
Hasto menilai, apa yang disampaikan Nasdem dengan mengungkit kisah lama merupakan bagian dari dinamika politik. Dinamika politik itu dinilai ada yang menggembirakan, tetapi juga menyedihkan.
"Kan macam-macam kisah itu dinamika politik," ujarnya.
Baca juga: Ungkit Jasa Surya Paloh kepada Jokowi, Nasdem: Orang Bilang Reshuffle, Ingat Jas Merah!
Hasto hanya mengomentari soal kisah lama yang diungkit Nasdem sampai di situ.
Ia kemudian sedikit menyinggung warna biru sebagai salah satu warna bendera Belanda yang dirobek pejuang di Surabaya.
Peristiwa itu yang kemudian mengawali dan berakhir pada puncak pertempuran di Surabaya 10 November 1945. Peristiwa pertempuran Surabaya itu diperingati dengan Hari Pahlawan.
"Yang jelas hari ini, di Surabaya 10 November, Pak Wali Kota sudah menegaskan semangat merah putih itu bergelora tanpa warna biru," sindir Hasto.
Baca juga: Nasdem Tak Ingin Cawapres Anies Hanya Tukang Gunting Pita
Namun demikian, tak menjelaskan Hasto maksud dan tujuan mengungkit warna biru itu.
Terkait Nasdem yang batal deklarasi koalisi, Hasto hanya mengingatkan bahwa pengusungan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) harus dilakukan dengan matang.
"Dengan melihat suasana kebatinan rakyat, dengan menghitung seluruh aspek-aspek politik kemudian ketika diumumkan betul-betul sebagai keputusan yang terbaik," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang mengusung capres-cawapres bukan dalam konteks kemajuan Indonesia Raya.
Akan tetapi, lanjut Hasto, pengusungan capres-cawapres itu dinilai hanya untuk mendompleng demi partai mendapatkan efek ekor jas.
Sebelumnya diberitakan, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan bahwa Partai Nasdem merupakan partai pertama yang diajak berkoalisi oleh PDI Perjuangan untuk mengusung Jokowi sebagai calon presiden pada 2014.
Baca juga: Nasdem Curiga Ada yang Sengaja Tarik-tarik Jokowi buat Ikut Campur soal Capres