JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meyakini, penyebab gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI) yang menyerang anak-anak disebabkan oleh konsumsi obat-obatan sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Meski masih ada faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab, namun menurutnya, persentasenya sangat kecil.
"Sampai sekarang kesimpulan kita adalah kecil sekali faktor risiko di luar obat-obatan. Ada? Ada, cuma sangat kecil," kata Budi saat media visit ke Menara Kompas, Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Baca juga: Polisi Temui Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut, Cari Tahu Obat-obat yang Dikonsumsi
"Risiko terbesar pasti dari obat-obatan. Apakah 100 persen? Mungkin enggak, tapi yang lainnya sangat kecil sekali," katanya lagi.
Keyakinan ini muncul usai dia dan tim melakukan serangkaian tes kepada pasien. Awalnya, ada dua dari 5 penyebab gagal ginjal akut yang dia yakini menjadi dalang di balik meninggalnya anak-anak akibat gagal ginjal.
Dua penyebab itu adalah infeksi bakteri, virus, atau parasit, dan intoksikasi (keracunan). Namun saat melakukan tes patologi untuk mencari infeksi tersebut, pihaknya tidak menemukan jenis bakteri yang mendominasi pasien.
"Jadi ada yang bilang, Pak, ini bisa disebabkan bakteri leptospirosis. Kita sudah tes di 34, yang pertama leptospirosis-nya 0 persen," ucap Budi.
Selain leptospirosis, penyebab infeksi virus yang paling dominan adalah virus influenzae. Tapi dia tidak menemukan keterkaitan bahwa virus itu menyebabkan kerusakan ginjal.
Baca juga: Bareskrim Investigasi Dugaan Kelalaian BPOM dalam Awasi Obat Sirup Terkait Gagal Ginjal Akut
"Ada virus kita sudah tes virus yang paling banyak ada di anak-anak ini adalah virus influenza. Tapi enggak mungkin virus influenza bisa turun ke ginjal," jelas dia.
Di sisi lain, pemberian obat penawar (antidotum) Fomepizole menjadi penguat. Obat ini memang berfungsi untuk mengikat racun di dalam ginjal seseorang.
Setelah diberikan Fomepizole, pasien penderita gangguan ginjal akut mengalami perbaikan atau stabil tidak memburuk.
Kemudian, pemeriksaan menemukan sekitar 70 persen pasien memiliki senyawa kimia berbahaya dalam darah dan air seni. Bukti lainnya, obat-obatan sirup yang dinyatakan tidak aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditemukan di rumah-rumah pasien.
Baca juga: Kemenkes: Total Kasus Gagal Ginjal Akut Capai 323, 190 Meninggal
"Obatnya kita sudah kasih Fomepizole, ini obat yang khusus kalau disebabkan oleh toksikologi bukan oleh parasit. Buktinya langsung sembuh. Jadi itu yang membuat yakin bahwa faktor risiko yang paling besar sudah pasti obat-obatan," ucap dia.
Sebelumnya diberitakan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengatakan, hingga 3 November 2022, tercatat sebanyak 323 kasus gagal ginjal akut terjadi pada anak.
Jumlah total pasien meninggal akibat gagal ginjal akut meningkat menjadi 190 anak. Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mulai terpantau naik pada akhir Agustus 2022.
Kemudian, menurutnya, kasus tersebut terus naik selama bulan September dan Oktober 2022.
Baca juga: 5 Manfaat Rambutan, Cegah Ginjal Rusak hingga Obat Diabetes
"Saat ini sudah ada 28 provinsi dengan 323 kasus gagal ginjal akut. Ini posisinya masih (di) 28 provinsi, ada yang dirawat masih 34. Terbanyak di Jakarta, Jawa Barat," ujar Syahril dalam keterangan pers secara daring, Jumat (4/11/2022).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.