NUSA DUA, KOMPAS.com - Forum Religion 20 (R20) menegaskan penolakannya atas politisasi identitas.
Komitmen tersebut dituangkan di dalam Komunike R20 Bali 2022, yang dihasilkan dari penyelenggaraan forum tersebut selama dua hari di Pulau Dewata, 2-3 November 2022.
"Mencegah penggunaan identitas sebagai senjata politik," kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, dikutip dari Final Communique of the G20 Religion Forum (R20), dalam keterangan resmi NU, Jumat (4/11/2022).
Baca juga: Pemuka Agama Dunia Forum R20 Terbitkan Komunike Bali 2022, Ini Isi Lengkapnya
Di sisi lain, R20 juga turut menyuarakan pentingnya penekanan upaya penyebaran kebencian antarkomunitas, menyuarakan semangat solidaritas, dan saling menghargai antar satu sama lain yang memiliki latar belakang, budaya, serta kebangsaan berbeda.
Melalui pernyataan resmi tersebut, para pemuka agama dunia juga menyinggung perlunya perlindungan atas korban-korban kekerasan dan penderitaan masyarakat akibat konflik.
“Para pemimpin agama dalam R20 merasa prihatin dengan berbagai tantangan global, seperti degradasi lingkungan, bencana alam, kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, ekstremisme, serta terorisme,” tambah Yahya.
Baca juga: Ditanya Keistimewaan R20 dari Dialog Antaragama Umumnya, Ketum PBNU: Bedanya, Ini Jujur!
Sebagai informasi, forum R20 diinisiasi NU bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022, guna membahas bagaimana konflik berbasis agama harus berakhir dan bagaimana agama bisa menjadi solusi bagi krisis global.
NU mengeklaim ada 338 partisipan yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20, yang berasal dari 32 negara.
Para pemuka agama dunia berharap dapat menggerakkan para pemimpin agama, sosial, ekonomi, dan politik dari seluruh dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber dari solusi, alih-alih permasalahan.
Baca juga: NU Buka Peluang Forum R20 Lebarkan Sayap Rangkul Kelompok Ekstrem
“R20 berusaha untuk menyuntikkan nilai-nilai spiritual dan moralitas ke dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi dunia,” tambah Yahya.
Namun, helatan ini pun tak lepas dari kontroversi karena diundangnya Varanasi Ram Madhav, pemimpin Bharatiya Janata Party sekaligus pemuka Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), organisasi sayap kanan India yang dikaitkan dengan kasus-kasus antikeragaman di Anak Benua.
NU mengeklaim bahwa diundangnya RSS tak terlepas dari status India sebagai presidensi R20 berikutnya dan ormas itu dianggap representatif, serta bahwa forum R20 akan menjadi ajang yang tepat untuk mendiskusikan masalah ini.
Baca juga: Forum R20 Bali Resmi Ditutup, India Jadi Tuan Rumah Tahun Depan
Dalam jumpa pers setelah penutupan R20 kemarin, NU mengaku tak menutup peluang bahwa aliansi ini akan melebarkan sayap untuk merangkul kelompok sayap kanan untuk berdialog jujur soal krisis global, termasuk merangkul para politisi hingga pebisnis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.