Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Benci Roman dan Kinerja Nol Anies Baswedan

Kompas.com - 04/11/2022, 09:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MESKIPUN jauh dari karut marut pertentangan politik Anies Baswedan dan para pihak yang merasa “ciut” atas elektabilitas Anies yang terus menguat jelang 2024, saya berusaha untuk netral, meskipun narasi akan tetap dianggap bagian dari politik.

Seperti pilihan politik golput, yang dipahami secara politik, memilih atau tidak memilih adalah juga bagian dari pilihan politik. Semua dapat dipolitisasi sesuai kebutuhan.

Namun, menarik mencermati pernyataan Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono yang menyebut bahwa pihaknya sudah mengumpulkan catatan kepemimpinan Anies Baswedan selama lima tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Menurut dia, PDIP melihat dari pencapaian RPJMD 2017-2022, banyak program yang tidak jelas wujudnya, sehingga pihaknya memberikan penilaian nol dari berbagai kinerja yang telah dilakukan Anies selama menjabat gubernur.

Baca juga: Refleksi 5 Tahun Kepemimpinan Anies, PDI-P DKI: Program Tidak Jelas dan Berkinerja Buruk

Tentu saja kita bisa maklum dalam konteksnya politik, terlepas dari baik dan buruk, jika telah berlawanan arus politik, maka bisa saja terjadi “fenomena benci roman”.

Ini menegasi kata orang bijak politik bahwa memang prinsip Machiavelli harus dimainkan dalam setiap perkara politik agar terlihat garang, padahal rapuh.

Tak ada teman apalagi sahabat dalam politik, sekalipun mereka berkuda bersama, makan nasi goreng bersama, atau berintim politik di kereta api. Semuanya adalah bagian dari pencitraan politik, kamuflase dari apa yang dibahasakan secara halus sebagai konsolidasi, koalisi.

Dalam politik, ternyata “politik dagang” juga menjadi item menarik—terutama dagang sapi. Entah mengapa harus sapi sebagai pilihannya.

Barangkali karena proses tawar-menawarnya. Apalagi Politik Dagang Sapi dapat dipahami sebagai bentuk pemufakatan politik di antara partai, bisa juga dilakukan oleh sebuah partai dengan pihak-pihak tertentu melakukan tawar-menawar atau konsensi-konsensi lainnya untuk memenuhi keinginan masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya.

Karena jelas yang bermain dalam proses politik dengan segala dinamikanya semuanya asli manusia yang cerdas-cerdas pula, bukan kumpulan sapi.

Mengapa harus nol?

Apakah dalam politik tak mengenal politik etis yang menghargai kinerja rival sebagai prestasi?

Bagaimanapun hampir setiap pemain politik akan bermain aman sejak 100 hari pertama kinerjanya. Setidaknya jika ia punya 100 program, 10 persen saja sudah digolkan adalah tetap saja sebuah prestasi.

Sekalipun prestasinya adalah semacam seremoni dari perayaan atau bangunan artifisial, tapi setidaknya mengubah wajah dan landskap Jakarta menjadi sedikit manis atau justru terlalu manis. Sehingga sulit untuk mengungkap pujian karena soal rivalitas itu.

Dan bahwa kita semua meng-amini, “sebagian” pencapaian jika bisa disebut sebagai prestasi Anies atau siapapun yang menjadi pengganti gubernur yang lama, adalah bagian dari kesinambungan kerja-kerja pembangunan pendahulunya.

Ada proyek yang baru bisa selesai dalam kontrak multiyears, ada yang bisa selesai dalam sekejap seperti kerjaan Sangkuriang membangun Tangkuban Perahu, tapi itu musykil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com