JAKARTA, KOMPAS.com - Adik Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Bripda Mahareza Rizky Hutabarat, hanya terdiam ketika pertama kali mendengar kabar kakaknya meninggal dunia. Dia juga tak kuasa menahan air matanya.
Cerita bermula ketika Reza ditelepon oleh salah satu ajudan Ferdy Sambo, Daden Miftahul Haq pada Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 19.00 WIB. Reza yang juga anggota Polri itu diminta datang ke kantor Biro Provos Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Mabes Polri malam itu juga.
Dalam pembicaraan tersebut, Daden tak menjelaskan peristiwa yang terjadi. Reza tidak curiga, hanya dirinya bertanya-tanya.
Baca juga: Gambar dari Kamera CCTV Perlihatkan Saat Brigadir J Masih Hidup dan Berdiri di Taman
Singkat cerita, Reza tiba di kantor Biro Provos Mabes Polri. Dia sempat dilempar-lempar dari ruangan satu ke ruangan lain, sebelum akhirnya bertemu dengan Brigjen Benny Ali yang saat itu menjabat sebagai Karo Provos Divpropam Polri.
Saat itulah Reza diberi tahu bahwa kakaknya, Yosua Hutabarat, telah meninggal dunia.
"Terus diceritakan kronologi kenapa beliau meninggal," kata Reza dalam tayangan program Rosi Kompas TV, Kamis (27/10/2022).
Kepada Reza, Benny Ali menyampaikan bahwa Yosua tewas setelah terlibat baku tembak dengan ajudan Ferdy Sambo, Richard Eliezer atau Bharada, di rumah dinas Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sore.
Menurut Benny saat itu, sebelum terjadi baku tembak Yosua masuk ke kamar istri Sambo, Putri Candrawathi, dan melakukan pelecehan seksual. Namun, Putri berteriak sehingga membuat Yosua panik keluar kamar.
Di luar kamar, Yosua bertemu dengan Richard Eliezer. Saat ditanya ada peristiwa apa, Yosua justru menjawab dengan tembakan ke arah Richard.
Dari situlah disebutkan terjadi tembak menembak yang akhirnya menewaskan Yosua.
Baca juga: Wajah Merah dan Isapan Rokok Ferdy Sambo Usai Kematian Brigadir J
"Saya cuma bisa nangis. Dan ketika dia (Benny Ali) menjelaskan, saya cuma bisa diam," ujar Reza.
"Pikiran kita itu nggak bisa diungkapkan lagilah, sedih iya, nggak percaya juga iya," tuturnya.
Kepada Benny Ali saat itu, Reza hanya berkata "siap, jenderal". Namun, batinnya berkecamuk belum percaya pada peristiwa yang terjadi.
Reza juga merasa tak sanggup menyampaikan berita ini ke orangtuanya yang berada jauh di Jambi.
"Berat banget rasanya. Sendirian, nggak ada yang bisa tukar pikiran dengan saya. Berat banget rasanya waktu itu," aku Reza.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.