LEBIH dari setahun lalu, 2 April 2021, Zakiah Aini (25) masuk ke kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, melepaskan beberapa tembakan. Aksi itu mengakhiri hidup Zakiah Aini. Ia ditembak aparat keamanan.
Serangan itu terjadi hanya empat hari setelah serangan bunuh diri oleh dua pelaku di luar Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu, 28 Maret 2021. Para pelaku pengeboman adalah suami-istri; si suami berusia 25 tahun dan sang istri 20 tahun.
Enam tahun lalu, Dian Yulia Novi alias Ayatul Nissa Binti Asnawi mantan TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Taiwan, akan menjadi pengebom bunuh diri di lingkungan Istana Negara Jakarta. Namun, Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkapnya, 11 Desember 2016, sebelum beraksi.
Baca juga: 5 Fakta Wanita Berpistol Mencoba Terobos Istana Negara
Aksi Dian, akan diulang Ika Puspitasari. Ika yang mantan TKW di Hongkong merencanakan bom bunuh diri di Bali, pada malam Tahun Baru 2017. Namun, aksinya tak terwujud. Sebab, Detasemen Khusus 88 Antiteror, keburu menangkapnya di Purworejo, Desember 2016.
Ika yang pada tahun 2014, dibaiat ISIS di Hongkong, bersama 50 TKI (Tenega Kerja Indonesia) lainnya memang warga Desa Brenggong, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Kemarin pagi, Senin 25 Oktober 2022, seorang perempuan, yang duduga hendak menerobos masuk kompleks Istana Negara, dihentikan petugas. Perempuan itu membawa pistol rakitan jenis FN, tanpa peluru.
"Itu ada selongsongnya, tapi proyektilnya tidak ada," katanya.
Setelah aksi Zakiah Aini, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan ketika itu bahwa Zakiah Aini beraksi sendirian, atau dikenal dengan istilah lone wolf.
Kemarin Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, aksi Siti Elina yang hendak menerobos penjagaan istana, Selasa (25/10), tidak terorganisir. Ini sama dengan Zakiah Aini.
Kata Peter J Phillips (2011), dalam dunia terorisme yang dimaksudkan dengan istilah lone wolf (lone wolf terrorism) adalah teroris yang bergerak sendirian, beroperasi sendiri, tanpa bantuan dari kelompok manapun, dan di luar struktur organisasi atau komando teroris formal.
Baca juga: Coba Terobos Istana, Siti Elina Ingin Sampaikan Ke Jokowi Pancasila Salah
Ini kontras dengan terorisme 'terorganisasi' yang dilakukan oleh individu yang beroperasi dengan bantuan dan kerja sama orang lain dan dalam struktur organisasi atau komando.
Jenis lone wolf terrorist ini, kata Peter J Phillips mungkin lebih mematikan daripada organisasi teroris. Sebab, antara lain, sulit untuk diidentifikasi, modus operandinya dipahami dan diatur oleh individu tanpa adanya komando.
Namun, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan, Siti Elina diduga merupakan pendukung Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dibubarkan pemerintah (Kompas.com, 25/10). Apakah dengan demikian bisa digolongkan sebagai lone wolf?
Kalau Siti Elina, bergerak sendiri, atas kemauan sendiri, terlepas dari struktur organisasi HTI, maka dia tetaplah lone wolf terorist.
Tetapi, apa motivasi Siti Elina sehingga nekat melakukan aksinya? Apakah aksinya ada kaitannya dengan, menurut Direktur Pencegahan BNPT R Ahmad Nurwakhid, tindakannya sering mem-posting propaganda khilafah melalui akun media sosialnya. Itu pertanyaannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.