TANGERANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo optimistis perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5 persen pada kuartal ketiga 2022 ini.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi saat ini tercatat sebesar 5,44 persen.
"Bayangkan. Sekali lagi, kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen. Dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5, atau di atas 5,4," ujar Jokowi saat membuka Trade Expo Indonesia ke-37 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu (19/10/2022).
Kepercayaan itu, kata Presiden merujuk beberapa hal, antara lain neraca dagang Indonesia pada September lalu masih surplus 5,7 persen.
Kemudian kredit tumbuh 10,7 persen dan indeks kepercayaan konsumen masih di angka 124,7 persen.
"Semuanya masih pada kondisi yang baik-baik. Tetapi sekali lagi, dalam kondisi yang sangat sulit seperti ini kerja keras adalah kuncinya," tegas kepala negara.
Baca juga: Mereka Ramai-ramai Bersuara Patahkan Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi...
"Kita enggak bisa lagi, saya ulang-ulang saya sampaikan, tidak bisa lagi kerja hanya makronya saja, enggak. Kerja mikronya juga masih belum cukup. Kerja sekarang memang harus lebih detil dilihat satu per satu dan dikejar diselesaikan," lanjut Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut presiden pun mengatakan, Indonesia menjadi titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia.
Hal tersebut disampaikannya mengutip keterangan dari Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva.
"Minggu yang lalu, managing directornya IMF mengatakan, bahwa Indonesia adalah titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia," ujar Jokowi.
"Ini yang ngomong bukan kita lho ya, Kristalina Managing Director-nya IMF. Titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia, kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu. Sehingga trust kepercayaan global terhadap kita akan semakin baik," jelas presiden.
Oleh karenanya, presiden mengajak semua pihak tetap optimistis menghadapi situasi ekonomi pada tahun depan.
Meskipun berbagai lembaga internasional menyampaikan perekonomian pada 2023 akan gelap.
"Silakan negara-negara lain. Negara kita harus tetap optimis. Tetapi memang harus waspada, harus hati-hati. Karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi. Akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa," jelas Jokowi.
Jokowi lantas menjelaskan sekitar tiga hari lalu dirinya dan Kristalina Georgieva melakukan pembicaraan secara telepon.
Pada saat itu dibahas soal 16 negara yang sudah menjadi pasien IMF. Selain itu, diungkapkan pula ada 28 negara sudah mengantre untuk meminjam dana dari IMF.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.