JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) sudah menyebar di 20 provinsi di Indonesia.
Jumlah penderitanya bertambah dari 152 kasus menjadi sekitar 180 kasus. Kasus ini lebih banyak menyerang balita yang notabene belum mendapat vaksinasi Covid-19.
"Memang data yang terkumpul itu sementara ada 180-an (kasus), dan ini terus berubah dinamis, ya, di 20 provinsi," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam live Instagram Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (18/10/2022).
Baca juga: 40 Persen Pasien Gangguan Ginjal Akut Misterius di Jakarta Keluhkan Gejala Masalah Pencernaan
Piprim mengungkapkan, data ini diambil dari cabang IDAI di provinsi-provinsi tersebut.
Adapun kasus gangguan ginjal akut misterius ini mulai meninggi pada Agustus 2022 dengan jumlah mencapai 36 kasus. Namun, puncaknya terjadi pada bulan September yang mencapai 76 kasus.
"Kami mengumpulkan data sejak September itu, kita bikin google form ke seluruh anggota (IDAI). Kelompok (penderita) yang paling banyak itu 1-5 tahun. (Jenis kelaminnya) laki atau perempuan saya mesti lihat lagi," jelas Piprim.
Lebih lanjut dia menuturkan, IDAI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih terus menginvestigasi penyebab penyakit ini.
Baca juga: Dinkes DKI Ungkap 49 Anak di Jakarta Alami Gagal Ginjal Akut Misterius
Dari beberapa kasus yang ditangani, anak-anak yang menderita penyakit ini tidak memiliki kelainan ginjal bawaan sejak lahir. Ginjal anak-anak tersebut sebelumnya normal, kemudian mengalami masalah dalam waktu yang relatif cepat.
Sejauh ini kata Piprim, ada dugaan penyebab gangguan ginjal akut mengarah pada Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pasca Covid-19. Namun, beberapa penderita AKI tidak membaik ketika diberi tata laksana penanganan dan pengobatan untuk MIS-C.
MIS-C adalah komplikasi yang dapat muncul pada pasien Covid-19 anak, di mana terjadi peradangan di berbagai sistem organ termasuk ginjal.
"Tidak seperti MIS-C umumnya, tata laksana yang diberikan pada anak-anak dengan AKI progresif ini tidak memberi hasil yang memuaskan. Kalau anak-anak yang MIS-C dikasih treatment, ini cepat membaik. (Tapi AKI) ini enggak ngaruh," jelas dia.
Baca juga: Warganet Sebut Ada Kaitan Vaksin Covid-19 dengan Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Mungkinkah?
"Tapi ada juga pengalaman yang dikasih treatment (untuk pengobatan MIS-C), membaik. Jadi ada yang membaik ada yang tidak membaik," sambung Piprim.
Di sisi lain, pihaknya terus menginvestigasi kemungkinan adanya keracunan/intoksikasi dari etilen glikol sebagai pembelajaran dari kasus di Gambia.
Di negara itu, puluhan anak meninggal dunia karena gagal ginjal akibat mengonsumsi obat parasetamol sirup yang mengandung senyawa kimia etilen glikol.
Untuk itu dia pun meminta warga untuk lebih dulu menghindari konsumsi parasetamol dan obat batuk cair/sirup sambil tim investigasi mencari bukti lebih lanjut.
"Apakah parasetamol atau obat pilek yang kemudian di situ ada campuran etilen glikol. Kita sedang dalam investigasi, mudah-mudahan bisa dikeluarkan oleh Kemenkes hasilnya," sebut Piprim.
Baca juga: Gagal Ginjal Akut Misterius Banyak Dialami Anak Balita, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Sebagai informasi, belum ada virus spesifik yang ditemukan pada pasien AKI sehingga IDAI belum bisa memastikan virus tertentu yang menjadi penyebab gangguan ginjal akut misterius pada anak.
Ada beberapa jenis virus yang ditemukan dalam tubuh penderita, yaitu leptospirosis, influenzae, parainfluenzae, virus CMV, virus HSV, bocavirus, legionella, shigella, e.coli, dan sebagainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.