JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dea Tunggaesti mengakui bahwa perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang viral karena membuat kesaksian mengenai tragedi berdarah adalah kader PSI.
Kader PSI itu diketahui bernama Suprapti Fauzie. Dia berasal dari PSI Kabupaten Malang.
"Saya jelaskan fakta hukum yang terjadi ya. Bahwa Ibu Suprapti itu pernah menjadi pengurus PSI sudah lama sekali," ujar Dea saat ditemui di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2022).
Dea menjelaskan, DPP PSI langsung berkoordinasi dengan DPP PSI Kabupaten Malang usai rekaman suara berisi kesaksian Suprapti Fauzie viral.
Baca juga: Rekaman Suara Penjual Dawet Saat Tragedi Kanjuruhan Viral Dicari Aremania
Dia menyebut Suprapti Fauzie langsung dipecat saat itu juga.
"Dari kita, kita sudah melakukan pemecatan. Jadi yang bersangkutan sudah diberhentikan oleh (PSI) Kabupaten Malang," tuturnya.
"Iya (dipecat). Sudah bukan anggota PSI. Bukan lagi kader," sambung Dea.
Kemudian, Dea mengatakan pemecatan terhadap Suprapti Fauzie tidak perlu melalui sidang etik mahkamah partai. Pasalnya, Suprapti hanya kader biasa, bukan pengurus.
Dea menjelaskan, beda cerita apabila Suprapti merupakan seorang pengurus di PSI.
Baca juga: Hoaks Seputar Tragedi Kanjuruhan, Kesaksian Penjual Dawet hingga Sanksi FIFA
"Kalau dia pengurus, maka kita harus menggunakan mekanisme kode etik partai. Tapi kalau dia kader, kita bisa berhentikan apabila tidak sejalan dengan DNA PSI," jelasnya.
Sementara itu, Dea mengatakan Suprapti Fauzie telah membuat gaduh hati PSI.
Dia menekankan Suprapti dipecat lantaran telah membuat hati PSI dan Aremania sakit.
"Sangat duka yang mendalam ya buat Aremania, sehingga berita seperti itu dikeluarkan, video seperti itu menyakiti hati para Aremania dan juga menyakiti hati kami dari PSI," imbuh Dea.
Dalam kesaksiannya, Suprapti mengaku sebagai perempuan pemilik toko dawet di dekat Pintu 3 Stadion Kanjuruhan.
Suprapti mengatakan bahwa tewasnya ratusan suporter Arema FC tidak disebabkan penggunaan gas air mata yang ditembakkan oleh polisi.