Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBNU Beberkan Kenapa Konflik Agama di Indonesia Tak Pernah Selesai: Dikirim Dunia

Kompas.com - 12/10/2022, 18:56 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengungkapkan alasan kenapa konflik agama di Indonesia terus ada.

Gus Yahya mengatakan, sebenarnya Indonesia sejak lama sudah bergulat dengan masalah hubungan antar umat.

"Cuma masalah itu datang lagi, datang lagi, sampai sekarang. Dulu kita ada ketemu dengan DI/TII, sudah berhasil kita selesaikan, eh datang lagi. Ada dulu komando jihad bisa diselesaikan, datang lagi. Begitu terus," kata Gus Yahya dalam Editor's Meeting R20 di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).

Gus Yahya kemudian berpendapat, sebenarnya budaya asli Indonesia adalah toleransi.

Pasalnya, sejak dulu, Indonesia memiliki pengalaman dalam membangun harmoni di tengah heterogenitas yang luar biasa.

Baca juga: Ketua PBNU Tegaskan soal NKRI Sudah Tak Bisa Ditawar Lagi

"Tapi persoalannya dunia ini masih dunia yang kacau. Sehingga, ketika kita berhasil menuntaskan masalah di dalam negeri, dunia ngirim kita masalah yang sama," ujarnya.

Dari situ, Gus Yahya menarik kesimpulan bahwa penyelesaian masalah hubungan antar umat beragama tidak bisa diselesaikan secara domestik, melainkan harus dalam cakupan global.

Jika masalah di Indonesia sudah berhasil diatasi, Gus Yahya menyebut masalah agama itu akan datang lagi dari global.

"Ya bisa saja kita menang, tapi datang lagi. Begitu terus," kata Gus Yahya.

Baca juga: Sederet Fakta Konflik Israel-Palestina Bukan Konflik Agama

Kemudian, Gus Yahya menyinggung masalah penolakan pendirian gereja yang terjadi beberapa waktu lalu di Cilegon, Banten.

Menurutnya, penolakan pembangunan gereja itu tidak masuk akal sama sekali.

"Sebetulnya ya, untuk saya sendiri, ini tidak masuk akal. Kok bisa satu masyarakat takut ada gereja, enggak masuk akal," ujarnya.

Oleh karena itu, sembari menyelesaikan permasalahan antar umat di dalam negeri, pihaknya berupaya menuntaskan masalah serupa di dunia internasional.

Gus Yahya menyebut masalah keagamaan yang muncul di Indonesia merupakan kiriman dari luar negeri.

Baca juga: Din Syamsuddin: Konflik Agama karena Masalah Politik, Ekonomi dan Hukum

"Karena sebagian dari masalah-masalah yang muncul di hadapan kita di dalam negeri itu memang praktis kiriman yang disengaja oleh pihak-pihak dari luar. Apa boleh buat, memang ada. Yang begitu-begitu memang ada," kata Gus Yahya.

"Kita harus ajak seluruh dunia ini bergulat bersama-sama mengatasi ini. Kalau tidak, tidak ada penyelesaian," ujarnya lagi.

Gus Yahya kembali menekankan bahwa diskriminasi sudah jelas dilarang dalam konstitusi.

Ia pun menyatakan penyelenggaraan R20 pada awal November 2022 di Bali nanti sebagai salah satu bentuk agar dunia bisa menyelesaikan masalah ini.

"Bahwa itu semua adalah masalah yang muncul belakangan, sebagian karena politisasi domestik, sebagian lagi karena kiriman dari dinamika global. Maka upaya seperti ini (R20), dalam pandangan kami harus dilakukan. Supaya seluruh dunia ikut terlibat dalam mencari jalan keluar masalah ini," kata Gus Yahya.

Baca juga: Soal Yerusalem, PBNU Khawatir Ada Pergeseran Isu ke Konflik Agama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Ahmad Ali Akui Temui Prabowo untuk Cari Dukungan Maju Pilkada Sulteng

Nasional
PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com