JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Santoso menilai, pernyataan pihak Polri yang menyebut gas air mata bukan penyebab kematian 132 penonton di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menyakiti hati masyarakat.
Ia menganggap pihak kepolisian tak menunjukkan empati pada warga yang tengah berduka.
“Kapolri harus menegur Kadiv Humas Polri yang mengeluarkan statement melukai perasaan masyarakat,” ujar Santoso pada Kompas.com, Rabu (12/10/2022).
“Pernyataan itu kurang tepat karena akan menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat yang tengah berduka atas tewasnya ratusan orang di Stadion Kanjuruhan,” kata dia.
Baca juga: Komnas HAM: Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Terbuka Saat Gas Air Mata Ditembakkan, tapi Kecil
Ia mengatakan, saat ini masyarakat tahu bahwa kericuhan dipicu oleh tembakan gas air mata polisi.
Hal itu lantas menyebabkan kepanikan publik yang berusaha mencari pintu keluar hingga akhirnya berdesakan, kehabisan oksigen, dan meninggal dunia.
“Analogi yang disampaikan Kadiv Humas Polri itu seakan-akan memberi pembenaran atas ditembakannya gas air mata pada peristiwa di Stadion Kanjuruhan,” kata dia.
Di satu sisi, Santoso mengapresiasi tindakan sejumlah aparat kepolisian yang mengunjungi keluarga korban.
Namun, hal itu tak cukup menghilangkan kesalahan Polri yang menyebabkan ratusan nyawa melayang.
“Tidak boleh akhirnya meniadakan tindakan pelanggaran yang mengakibatkan tewasnya suporter Arema,” kata dia.
Baca juga: Komnas HAM: Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Terbuka Saat Gas Air Mata Ditembakkan, tapi Kecil
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan, gas air mata bukan penyebab kematian para penonton di Stadion Kanjuruhan.
Ia berdalih, para penonton meninggal karena kehabisa oksigen.
Dedi pun membenarkan penggunaan gas air mata kadaluwarsa. Tapi menurutnya gas air mata itu memiliki dampak yang lebih ringan.
“Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak,” ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.