JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Fraksi Partai Gerindra Ahmad Muzani menilai fanatisme suporter sepak bola kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan.
Padahal menurutnya suporter sepak bola juga harus mendapatkan pembinaan agar fanatismenya tak memicu tindakan anarkis dan radikal.
Hal itu disampaikan Muzani menanggapi tewasnya 125 suporter Arema Malang dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, 28 Polisi Diperiksa Propam Terkait Dugaan Pelanggaran Etik
“Fanatisme itu kadang kala dijadikan sebagai komoditi tanpa ada pembinaan yang memadai,” sebut Muzani dalam keterangannya, Senin (3/10/2022).
Ia menyampaikan apapun tindakan yang dilakukan saat ini tak akan mengembalikan nyawa suporter yang meninggal.
Maka salah satu solusi selain mengusut tuntas insiden tersebut adalah melakukan pembenahan total agar kejadian serupa tak terulang.
Baca juga: Polres Bantul Akui Ada Kelalaian Anggota di Balik Cuitan soal Kerusuhan Kanjuruhan
“Karena itu apa yang disampaikan Presiden khususnya kepada Kapolri untuk melakukan investigasi menyeluruh merupakan langkah tepat,” ujar dia.
“Agar tidak ada kelalaian penyelenggaraan dalam event-event selanjutnya,” sambungnya.
Di sisi lain Muzani mengklaim telah meminta anggota Fraksi Gerindra di Komisi X untuk memeriksa semua pihak yang terlibat seperti PSSI, Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta penyelenggara Liga 1.
Baca juga: Prajurit Tendang Suporter saat Tragedi Kanjuruhan, Andika: Sudah Mengarah Pidana, Sangat Berlebihan!
“Ratusan korban tidak sebanding dengan apapun. Kita harus introspeksi diri masing-masing agar sepak bola nasional kita lebih baik ke depan,” ucapnya.
Adapun kericuhan terjadi pasca Arema Malang kalah 3-2 dari Persebaya Surabaya di kandangnya sendiri.
Suporter yang tak puas atas hasil pertandingan, lantas merengsek masuk ke dalam lapangan.
Situasi itu kemudian membuat kepolisian menembakkan gas air mata hingga ke arah tribun penonton.
Baca juga: Duka Tragedi Kanjuruhan, Suporter Sriwijaya FC Nyalakan 1.000 Lilin dan Doa Bersama
Hal itu diduga memicu penonton yang kesakitan panik dan berusaha keluar dari stadion.
Begitu banyaknya penonton yang mencari jalan keluar menyebabkan terjadinya penumpukan di sejumlah titik, kondisi itu menyebabkan banyak orang terdesak, terinjak, pingsan hingga meregang nyawa.
Terbaru Polri mengklaim sebanyak 125 orang meninggal, 21 luka berat, sementara 309 lainnya luka ringan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.