JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksektutif Amnesty International Usman Hamid turut menyoroti tragedi kemanusiaan yang menewaskan 129 orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Dia menyebut peristiwa itu adalah tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan.
"Hak hidup ratusan orang melayang begitu saja pasca-pertandingan bola, ini betul-betul tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan," ujar Usman dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).
Baca juga: Duka Mendalam Menpora Zainudin Amali atas Tragedi Kanjuruhan
Menurut dia, peristiwa ini bisa terjadi karena adanya penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara.
Penggunaan kekuatan berliebian itu, kata Usman, tak seharusnya terjadi dan tidak dibenarkan.
Untuk itu Amnesty Internasional meminta agar negara bisa mengusut tuntas peritiwa yang menyebabkan ratusan nyawa melayang itu.
"Ini harus diusut tuntas, bila perlu bentuk segera tim gabungan pencari fakta," papar dia.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Sponsor Utama Liga 1 Ikut Berduka
Usman juga mengatakan, tragedi tersebut dikatakan memilukan karen bukan terjadi kali pertama di dunia sepakbola.
Peristiwa serupa pernah terjadi 58 tahun lalu pada tragedi sepakbola di Peru. Saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat penyebab yang sama seperti di Malang, yaitu gas air mata yang dilepaskan aparat kepolisian.
“Sungguh memilukan 58 tahun kemudian, insiden seperti itu berulang di Indonesia. Peristiwa di Peru dan di Malang tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata," papar dia.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, jumlah korban jiwa akibat tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah menjadi 129 orang.
Hal itu disampaikan Khofifah saat berkunjung ke markas Polres Malang untuk menangani kerusuhan itu.
Menurut Khofifah, dari 129 korban jiwa itu, dua di antaranya adalah anggota polisi, yakni anggota Polres Tulungagung dan Polres Trenggalek yang diperbantukan dalam pengamanan pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya.
"Semua jenazah korban saat ini dievakuasi di beberapa rumah sakit di Kepanjen dan Kota Malang," kata Khofifah.
Baca juga: Pasutri Tewas Saat Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan, Rencana Rayakan Ulang Tahun Anak
Sementara itu, dari 129 korban jiwa itu, 18 belas di antaranya belum diketahui identitasnya.