JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, akhir pandemi Covid-19 sudah berada di depan mata, meski pandemi belum sepenuhnya selesai.
Hal ini dia ungkapkan saat memimpin Pertemuan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC-EG) ke-10, di New York, Amerika Serikat. Pertemuan dipimpin bersama Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada.
“Pandemi Covid-19 memang belum selesai, tetapi akhir dari pandemi sudah tampak di depan mata," kata Retno saat memimpin pertemuan, dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri, Kamis (29/9/2022).
Baca juga: Pemprov DKI Mengaku Akan Dukung Pencabutan Status Pandemi Covid-19
Retno mengatakan, ada solusi jangka pendek dan jangka panjang yang bisa dilakukan untuk menuju akhir pandemi.
Pertama, COVAX AMC EG perlu terus mengatasi kesenjangan vaksin, caranya dengan memperkuat kampanye vaksinasi, utamanya di negara-negara dengan tingkat coverage rendah.
Adapun COVAX AMC adalah mekanisme penyaluran vaksin secara gratis kepada negara anggotanya, yaitu 92 negara berpendapatan menengah ke bawah dan berpendapatan rendah.
Program ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Kemudian, kata Retno, pola pikir penanganan pandemi harus diubah dari gawat darurat menjadi “siap siaga" untuk merespon pandemi di masa depan.
"Pentingnya terus mendorong solidaritas global dan memastikan akses setara terhadap medical solutions, utamanya bagi negara berkembang," ucap Retno.
Baca juga: Joe Biden Bilang Pandemi Berakhir, Wamenkes Sebut Indonesia Masih Tunggu WHO
Lebih lanjut Retno menuturkan, dunia saat ini butuh mekanisme yang permanen untuk memperkuat arsitektur kesehatan global. Adapun saat ini, masih terdapat kesenjangan distribusi vaksin dan capaian vaksinasi.
Oleh karena itu dalam pertemuan, para Co-Chairs mendukung keberlanjutan kinerja COVAX hingga 2023, khususnya untuk mendorong upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi di masa depan.
Pertemuan pun membahas perkembangan terkini penyediaan vaksin bagi negara anggota AMC. Sekitar 76 persen dosis vaksin yang berada di negara-negara berpenghasilan rendah berasal dari skema COVAX.
“Dunia membutuhkan mekanisme permanen yang mampu perkuat arsitektur kesehatan global. Oleh karenanya, Presidensi Indonesia di G20 turut mengamankan medical solutions bagi negara berkembang melalui Financial Intermediary Fund (FIF),“ jelas Retno.
Baca juga: Tinjau Vaksinasi Covid-19 di Labuan Bajo, Iriana Jokowi Berharap Masyarakat Tetap Sehat
Tak hanya itu, pertemuan menyepakati pentingnya penyesuaian struktur COVAX dengan perkembangan pandemi terkini, termasuk dengan meningkatkan kapasitas bagi negara-negara agar siap hadapi potensi pandemi lainnya.
“COVAX harus terus bekerja dengan WHO untuk memastikan setiap negara memiliki sumber daya yang diperlukan demi perkuat strategi kesehatan nasionalnya," beber Menlu.
Sebagai informasi, sebagai forum kerja sama multilateral, COVAX telah membuktikan bahwa multilateralisme bekerja efektif. Hingga kini, sedikitnya 1,72 miliar dosis vaksin telah dikirim oleh COVAX melalui jalur multilateral.
Sebanyak 79 negara telah mencapai target vaksinasi sebesar 70 persen, termasuk Indonesia. Melalui COVAX, Indonesia telah mendapatkan 130,662,975 atau 25,6 persen dosis vaksin Covid-19 secara gratis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.