JAKARTA, KOMPAS.com - Perkara kebocoran data digital di Indonesia sudah beberapa kali terjadi. Namun, belakangan ini sepak terjang peretas (hacker) beridentitas Bjorka menjadi sorotan karena membocorkan berbagai data masyarakat hingga sejumlah pejabat.
Keamanan data digital di dalam negeri dinilai rentan karena sudah beberapa kali terjadi kebocoran baik dari sisi pemerintah maupun swasta yang mengumpulkan hingga mengelola data masyarakat.
Maka dari itu banyak kalangan menilai Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran empuk para peretas.
Contohnya, pada akhir pekan lalu, Bjorka mengumbar data pribadi sejumlah pejabat, yakni Ketua DPR Puan Maharani dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Baca juga: Data Pejabat Dibocorkan Bjorka, Fadli Zon: Masa Hacker Bisa Mempermalukan Institusi Negara?
Selain itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate turut menjadi korban dan juga Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD pun mengakui memang terjadi kebocoran data pejabat negara yang dilakukan hacker Bjorka.
"Saya pastikan bahwa itu memang terjadi, sudah dapat laporannya dari BSSN, kemudian dari analis deputi kerja saya," kata Mahfud saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Senin (12/9/2022).
Kendati begitu, Mahfud menilai kebocoran data yang dilakukan oleh Bjorka bukan data sensitif.
"Nah, sebab(nya) itu masih akan didalami," papar Mahfud.
Baca juga: Pemerintah Bentuk Tim Khusus Hadapi Serangan Hacker Bjorka, Libatkan Polri dan BIN
Pesatnya teknologi komputer dan digitalisasi data serta jaringan internet mempunyai berbagai dampak.
Dampak positifnya adalah banyak urusan yang mulanya harus dilakukan secara tatap muka kini bisa melalui jaringan internet.
Akan tetapi, hal itu juga menjadi persoalan karena setiap saat berbagai data penduduk dikumpulkan dan diolah menjadi bentuk digital.
Data digital itulah yang menjadi incaran para peretas di berbagai belahan di dunia. Motif mereka mencuri data digital biasanya karena landasan ekonomi yakni dijual kepada siapa saja yang berminat memilikinya.
Praktisi keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengatakan, pemerintah sudah seharusnya bergerak cepat untuk menutup celah keamanan data di tengah berbagai kasus kebocoran yang terjadi.
Baca juga: Hacker Klaim Retas Data Istana, Kasetpres: Saya Yakin Enggak
Menurut Alfons, kebocoran data adalah risiko yang harus dihadapi oleh pengumpul dan pengelola data, terutama di masa perkembangan dunia digital yang pesat seperti saat ini.