Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Peluang PPP pada Pemilu 2024 Terancam Imbas Kisruh Internal

Kompas.com - 07/09/2022, 13:20 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat kepemiluan Universitas Indonesia Titi Anggraini menilai, kisruh internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bakal berdampak pada elektoral di Pemilu 2024.

Oleh karena itu, dia mengatakan, peluang PPP lolos ke DPR RI sangat bergantung pada kemampuan partai tersebut melakukan konsolidasi dalam waktu dekat.

"Pasti berdampak pada elektoral 2024. Apalagi kemudian kalau kita lihat, PPP ini kan cukup memerlukan perjuangan keras untuk berhadapan dengan ambang batas parlemen 4 persen," kata Titi ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (7/9/2022).

Baca juga: Kisruh Internal PPP Dinilai Bisa Gembosi Kepercayaan Pemilih

Saat mengikuti Pemilu 2019, PPP juga baru saja beres menghadapi persoalan dualisme internal yang terjadi antara kubu Djan Faridz dan Romahurmuziy. Peristiwa seperti itu kini terulang lagi saat ini. 

Pada Pemilu 2019, PPP hampir gagal tembus parlemen. Perolehan suara mereka tak sampai 5 persen, menjadikannya nomor buncit di antara partai-partai parlemen. Ketika dikonversi menjadi jumlah kursi di DPR RI, kursi PPP tak sampai 4 persen, hanya 19 kursi.

Titi menerangkan, dualisme semacam ini berbahaya bagi partai politik karena erat kaitannya dengan pencalonan dan keanggotaan.

Dualisme partai politik juga bisa memicu eksodus anggota-anggota partai karena berbeda kubu.

Hal ini harus dibayar mahal, terutama ketika kader tersebut merupakan andalan partai untuk meraup suara di daerah pemilihan (dapil) mereka masing-masing.

"Contohnya, di pilkada kan berpengaruh. (Imbas dualisme Djan Faridz dan Romahurmuziy) beberapa kader PPP malah tidak maju dari PPP. Ada yang maju dengan perseorangan atau maju dari partai lain," jelas Titi.

Baca juga: PPP Hanya Ubah Jabatan Ketum pada Daftar Pengurus yang Diajukan ke Kemenkumham

"Pencalonan anggota DPR dan DPD tahun depan. Kalau tidak segera dipulihkan, sangat mungkin kader (PPP) lompat partai ke partai yang bisa memfasilitasi mereka dengan baik," ia menambahkan.

Titi menilai, tantangan akan semakin berat untuk PPP karena Pemilu 2024 bakal cukup kompetitif.

Sejauh ini, 24 dari 40 partai politik pendaftar ke KPU RI dinyatakan lolos tahap pendaftaran.

KPU RI kini sedang menjalani tahapan verifikasi atas 24 partai itu, sebelum menetapkan partai-partai peserta Pemilu 2024.

Kisruh internal PPP berawal saat ketua umum Suharso Monoarfa diberhentikan dari jabatannya. 

Baca juga: PPP Ajukan Kepengurusan Baru ke Kemenkumham


Pemberhentian Suharso dimulai dari permintaan tiga pimpinan Majelis PPP yaitu Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, dan Majelis Pertimbangan.

Ketiganya lantas meminta pendapat Mahkamah Partai terkait dasar hukum yang terkandung dalam AD/ART PPP.

Setelah disetujui Mahkamah Partai, para pimpinan Majelis PPP meminta pengurus harian DPP PPP untuk menggelar Mukernas yang hasilnya mengganti Suharso dengan Muhammad Mardiono sebagai Plt Ketum PPP.

Suharso pun melakukan perlawanan dan menegaskan masih menjabat Ketum PPP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com