Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh Internal PPP Dinilai Bisa Gembosi Kepercayaan Pemilih

Kompas.com - 07/09/2022, 12:35 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kisruh internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai bisa mempengaruhi peluang elektoral partai berlambang ka'bah itu pada Pemilu 2024.

Analis kepemiluan Universitas Indonesia Titi Anggraini menyebutkan, kisruh internal berpengaruh buruk terhadap reputasi partai politik di mata publik.

"Keterbelahan partai bisa membuat masyarakat memiliki stigma bahkan antipati terhadap partai tersebut karena dianggap tidak mampu menjanjikan penjaringan aspirasi yang baik, atau perwakilan yang bisa optimal mewadahi aspirasi mereka," ujar dia ketika dihubungi pada Senin (7/9/2022).

"Itu bisa berpengaruh terhadap kepercayaan publik dan animo memilih partai tersebut. Itu sangat disayangkan," kata dia.

Baca juga: Arsul Sani: Tidak Ada Pertarungan Antar Kubu PPP, yang Diganti Hanya Ketum

Bukan kali ini saja PPP dilanda kisruh internal.

Pada Pemilu 2019, PPP juga baru saja beres dengan persoalan dualisme internal yang terjadi antara kubu Djan Faridz dan Romahurmuziy.

Baru bangkit dari keterpurukannya, PPP hampir gagal tembus parlemen.

Perolehan suara mereka yang tak sampai 5 persen menjadikannya nomor buncit di antara partai-partai parlemen.

Ketika dikonversi menjadi jumlah kursi di DPR RI, kursi PPP tak sampai 4 persen, tepatnya hanya 19 kursi.

Titi menilai, satu-satunya cara bagi PPP untuk memulihkan reputasi mereka yaitu dengan kepemimpinan yang kuat.

Kepemimpinan yang kuat, dengan figur pemersatu, dianggap bukan cuma bisa mengembalikan kepercayaan publik, melainkan juga dapat segera mengonsolidasi kembali kader-kader partai.

Baca juga: PPP Hanya Ubah Jabatan Ketum pada Daftar Pengurus yang Diajukan ke Kemenkumham

Sebab, dalam kisruh internal semacam ini, peluang terjadinya eksodus anggota-anggota partai cukup besar.

"Kalau kisruh internal terus berlarut, dampaknya sangat besar. (Pada PPP) itu terlihat pada pemilu-pemilu setelah 2014, termasuk pilkada," ujar Titi.

"Kecuali kemudian PPP mampu bersegera konsolidasi internal dan memilih langkah-langkah yang menghadirkan figur-figur yang dipercaya publik bahwa PPP solid dan siap," kata dia.

Kisruh internal PPP berawal saat Ketua Umum Suharso Monoarfa diberhentikan dari jabatannya kendati yang bersangkutan mengingkari pelengseran itu.

Pemberhentian Suharso dimulai dari permintaan tiga pimpinan Majelis PPP yaitu Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, dan Majelis Pertimbangan.

Ketiganya lantas meminta pendapat Mahkamah Partai terkait dasar hukum yang terkandung dalam AD/ART PPP.

Baca juga: Ajukan Pengurus Baru ke Kemenkumham, PPP: Hanya Satu yang Diganti, Suharso!

Setelah disetujui Mahkamah Partai, para pimpinan Majelis PPP meminta pengurus harian DPP PPP untuk menggelar Mukernas yang hasilnya mengganti Suharso dengan Muhammad Mardiono sebagai Pelaksana Tugas Ketum PPP.

Kini, PPP bersiap untuk mengubah struktur kepengurusan mereka yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Dewas

Nasional
Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Moeldoko Lantik Deputi IV dan V KSP, Isi Posisi Juri Ardiantoro dan Jaleswari Pramodhawardani

Nasional
Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Jokowi Soroti Minimnya Dokter Spesialis, Indonesia Rangking 147 Dunia

Nasional
Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Defisit Produksi Minyak Besar, Politisi Golkar: Ubah Cara dan Strategi Bisnis

Nasional
Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Airlangga: Jokowi dan Gibran Sudah Masuk Keluarga Besar Golkar

Nasional
Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Terima Kasih ke Jokowi, Prabowo: Pemilu Tertib atas Kepemimpinan Beliau

Nasional
1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

1 Juta Warga Berobat ke Luar Negeri, Jokowi: Kita Kehilangan Rp 180 T

Nasional
Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Kronologi Ganjar Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, KPU Telat Kirim Undangan

Nasional
Kala Hakim MK Beda Suara

Kala Hakim MK Beda Suara

Nasional
Usai Penetapan Presiden-Wapres Terpilih, Gibran Sambangi Warga Rusun Muara Baru sambil Bagi-bagi Susu

Usai Penetapan Presiden-Wapres Terpilih, Gibran Sambangi Warga Rusun Muara Baru sambil Bagi-bagi Susu

Nasional
Disebut Bukan Lagi Kader PDI-P, Gibran: Dipecat Enggak Apa-apa

Disebut Bukan Lagi Kader PDI-P, Gibran: Dipecat Enggak Apa-apa

Nasional
PKS Bertandang ke Markas Nasdem Sore Ini

PKS Bertandang ke Markas Nasdem Sore Ini

Nasional
Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Respons Anies Usai Prabowo Berkelakar soal Senyuman Berat dalam Pidato sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Usai Puja-puji Pers, Prabowo Tiadakan Sesi Tanya Jawab Wartawan

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Jadi Presiden Terpilih, Kekayaan Prabowo Capai Rp 2 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com