JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Satgas Cacar Monyet (Monkeypox) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari mengatakan, cacar monyet bisa menular melalui droplet atau percikan ludah.
Dia menjelaskan, percikan ludah ini bisa menular dari penderita atau pasien cacar monyet kepada orang lain.
"Transmisi yang pertama bisa melalui droplet dari pasien yang terkonfirmasi, bisa menyebar dan menginfeksi orang lain. Droplet artinya percikan dari ludah," kata Hanny saat melakukan Live Instagram bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Baca juga: Epidemiolog: Vaksin Cacar Monyet Bukan Solusi Tunggal Cegah Penularan
Kendati begitu, kata Hanny, penularan cacar monyet dari droplet berbeda dengan penularan Covid-19 atau virus lain yang menyerang organ respiratory (sistem pernapasan) bagian atas.
Virus yang tergolong zoonosis ini akan menular melalui droplet jika terjadi kontak yang erat dan intens antar penderita dengan orang lain.
"Jadi kalau berhadapan, harus berhadap sangat dekat dan intens dan lama waktunya ditentukan. Tapi dari kepustakaan saya belum mendapatkan keterangan berapa lama dan berapa jaraknya," ucap Hanny.
Selain dari droplet, cacar monyet bisa menular melalui kontak kulit dan memakai barang penderita secara bersamaan. Barang tersebut bisa berupa alat makan, sprei, atau pun baju yang sama.
Baca juga: Wamenkes Ingatkan Cacar Monyet Hanya Menular Melalui Kontak Fisik
Namun potensi penularan dari barang-barang yang dipakai bersama jauh lebih kecil ketimbang kontak antar kulit.
"Jadi ada kontak yang sangat erat dari kulit satu orang kepada yang lain. Tentunya (penularan bisa terjadi bila) orang ini adalah orang yang terkonfirmasi," jelas Hanny.
Lebih lanjut Hanny menjelaskan, gejala cacar monyet hampir mirip dengan manifestasi yang ada pada infeksi virus lain, seperti cacar air dan herpes.
Gejala prodromal yang paling umum terjadi adalah demam.
Hanny menuturkan, sebanyak 62 persen dari total penderita cacar monyet merasakan demam, sementara 38 persen lainnya tidak merasa demam.
Gejala kedua yang banyak dirasa penderita adalah limfadenopati alias membesarnya kelenjar getah bening lebih dari 1 sentimeter. Limfadenopati dirasakan oleh 56 persen penderita.
Baca juga: Epidemiolog: Cacar Monyet di Indonesia Varian Clade IIb, Cenderung Tak Bergejala atau Gejala Ringan
Lalu, diikuti oleh gejala lainnya seperti letargi atau lemas, mialgia atau nyeri otot, sakit kepala, dan nyeri tenggorokan.
"Setelah beberapa hari gejala prodromal, mulai muncul manifestasi kulit yang klasik, ada makula tapi merah, kemudian ada ruam vesiculopustural, ada lentingnya, seperti ada nanahnya, diikuti gejala subjektif yang nyeri," sebut Hanny.
Sebagai informasi, cacar monyet sudah masuk ke Indonesia sejak ditemukannya 1 kasus konfirmasi positif.
Baca juga: Kemenkes: Pasien Pertama Cacar Monyet Membaik, tapi Masih Isoman Selama 21 Hari
Penderita adalah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan luar negeri ke negara-negara yang merebak cacar monyet.
Cacar monyet adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dari genus orthopoxvirus. Virus pertama kali ditemukan di Denmark pada tahun 1958.
Kasus pertama cacar monyet pada manusia dilaporkan di Kongo, dan wabah pertama cacar monyet dilaporkan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2003.
Hingga Agustus 2022, cacar monyet menyebar ke 88 negara termasuk Asia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.