JAKARTA, KOMPAS.com - Senyum tipis sempat merekah di wajah Irjen Ferdy Sambo saat hadir dalam proses rekonstruksi pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Sebagaimana diketahui, Sambo telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Dia bahkan diduga menjadi otak dari pembunuhan terhadap Yosua.
Rekonstruksi pembunuhan digelar di kediaman pribadi Sambo di Jalan Saguling dan rumah dinasnya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (30/8/2022).
Baca juga: Penampakan Ferdy Sambo Pakai Baju Tahanan dan Diborgol di Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J
Sambo hadir di lokasi rekonstruksi mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye. Kedua tangannya diikat.
Mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri itu hadir sekitar pukul 09.30 WIB didampingi kuasa hukumnya, Arman Hanis.
Sebelum mengikuti reka ulang adegan, Sambo dan pengacaranya menunggu di sebuah ruangan. Keduanya duduk sambil berbincang.
Air muka Sambo tampak tenang. Bahkan, senyum kecil sempat tersungging di wajahnya saat berbincang dengan pengacaranya.
Membaca ini, ahli forensik emosi, Handoko Gani, berpendapat, Sambo sejak awal terlihat sudah siap mengikuti proses rekonstruksi.
Menurut dia, ini wajar lantaran jenderal bintang dua itu pernah bertugas di Reserse Kriminal sehingga terbiasa dengan olah TKP.
Handoko mengatakan, senyuman Sambo ke pengacaranya bisa berarti banyak hal. Namun, perwira tinggi Polri itu memang tampak lebih tenang.
Baca juga: Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo Peluk Erat Putri Candrawathi
Kendati demikian, Handoko mengaku tak dapat memastikan apakah dalam reka ulang adegan tersebut Sambo hanya mengikuti perintah demi perintah polisi, atau juga memberikan klarifikasi kejadian penembakan versi dirinya.
"Kalau sekadar hanya mengikuti saja, khawatirnya emosinya ini bukan emosi bawaan langsung yang dirasakan oleh Sambo," kata Handoko dalam tayangan Kompas TV, Selasa (30/8/2022).
"Tapi kalau memang beliau mengikuti emosi demi emosi, maka emosi yang dirasakan itu bisa jadi sama dengan emosi yang dulu dirasakan saat momen tersebut (penembakan Brigadir J) berlangsung," tuturnya.
Menurut Handoko, proses reka ulang adegan seharusnya membangkitkan memori peristiwa yang direkonstruksi.
Jika seseorang mengingat peristiwa-peristiwa berkesan, sekalipun yang meninggalkan rasa sedih dan takut, emosi tersebut seharusnya tampak di wajah.