JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Keuangan Daerah (Keuda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Agus Fatoni mengatakan, ada 10 kota di Indonesia yang realisasi belanja APBD-nya masih rendah.
"Rinciannya yakni Kota Depok 27,79 persen, Makassar 26,59 persen, Palangkaraya 26,46 persen, Kendari 25,17 persen, Solok 23,80 persen," kata Agus dilansir dari siaran pers Kemendagri pada Jumat (19/8/2022).
"Kemudian Balikpapan 16,37 persen, Tual 14,39 persen, Sawahlunto 11,18 persen, Bukittinggi 8,96 persen, dan Sorong 3,85 persen," ujar dia.
Baca juga: Percepat Realisasi APBD, Kemendagri Lakukan Pendampingan ke Daerah
Fatoni menyampaikan, realisasi APBD menjadi perhatian pemerintah.
Presiden Joko Widodo, Menkeu Sri Mulyani, dan Mendagri Tito Karnavian menurut dia, menaruh perhatian untuk mendorong agar belanja daerah ini bisa cepat terealisasi.
"Sehingga bisa mendongkrak perekonomian dan menyejahterakan masyarakat,” ujar Fatoni.
Dalam kesempatan itu, Fatoni pun mengungkapkan kota dengan realisasi APBN tertinggi.
Kota-kota itu yakni Kota Bitung sebesar 53,75 persen, kemudian Kota Sukabumi 52,97 persen, Kota Lampung 50,96 persen, Kota Langsa 49,81 persen, Kota Pangkalpinang 48,65 persen, Kota Blitar 47,62 persen, dan Kota Yogyakanrta 47,46 persen.
Selain itu, Metro sebesar 47,25 persen, Cirebon 47,00 persen, dan Pariaman dengan capaian 46,67 persen.
Ia juga mengatakan, berdasarkan Pasal 373 dan 374 Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Kemendagri melakukan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional.
Karena itu, Kemendagri terus mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk mempercepat realisasi belanja APBD.
"Bapak Menteri Dalam Negeri memerintahkan Tim Kemendagri turun langsung ke daerah melakukan monitoring dan evaluasi realisasi APBD," ujar Fatoni.
Baca juga: Jokowi: Sudah Mau Desember, Percepat Realisasi APBN dan APBD
Fatoni mengatakan, pelaksanaan monev dilakukan tidak hanya kepada daerah yang rendah realisasinya, tetapi juga daerah yang realisasinya tinggi.
Daerah dengan realisasi rendah perlu dicari penyebab, masalah, dan kesulitan yang dihadapi. Sementara itu, daerah dengan realisasi APBD tinggi dapat dipelajari kiat dan strateginya.
“Sehingga bisa dirumuskan solusi dan langkah yang tepat yang bisa dilakukan dalam percepatan APBD," ujar Fatoni.