JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengingatkan, semua pihak terhadap risiko gejolak ekonomi global yang masih tinggi.
"Risiko gejolak ekonomi global masih tinggi. Perlambatan ekonomi dunia tetap berpotensi memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik dalam jangka pendek," ujar Jokowi saat pemaparan rancangan anggaran dan pendapatan belanja negara (RAPBN) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Baca juga: Jokowi: Pengangguran di 2023 Akan Ditekan 6 Persen, Kemiskinan 8,5 Persen
Jokowi melanjutkan, konflik geopolitik dan perang di Ukraina telah menyebabkan eskalasi gangguan sisi suplai yang memicu lonjakan harga-harga komoditas global dan mendorong kenaikan laju inflasi di banyak negara.
Indonesia pun, sebut Presiden, tidak luput dari dampak tersebut.
Sejalan dengan kondisi ekonomi global yang tidak stabil, bank sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter secara agresif.
Baca juga: Jokowi: 553 Juta Warga Dunia Terancam Kemiskinan Ekstrem
Jokowi menuturkan, pengetatan telah menyebabkan guncangan pada pasar keuangan di banyak negara berkembang.
Konsekuensinya, nilai tukar mata uang sebagian besar negara berkembang mengalami pelemahan.
"Dengan berbagai tekanan tersebut, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 6,1 persen di tahun 2021 menjadi 3,2 persen di tahun 2022 dan 2,9 persen di tahun 2023," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.