PRESIDEN Jokowi baru saja melakukan kunjungan maraton ke tiga negara--China, Jepang, dan Korea--dalam tempo tiga hari.
Di China, Presiden Jokowi bertemu dengan PM Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping; di Jepang bertemu dengan PM Fumio Kishida dan kalangan bisnis; dan di Korea Selatan bertemu dengan Presiden Yoon Suk-yeol.
Kunjungan ini amat menarik, walau dilakukan secara singkat. Akan lebih menarik dan bermakna penting bila kunjungan ke ketiga itu diletakkan dalam bingkai dinamika di kawasan Indo-Pasifik.
Memang Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa ketiga negara adalah mitra strategis Indonesia di sektor ekonomi; juga mitra strategis ASEAN di isu-isu regional.
China, misalnya, adalah mitra perdagangan strategik Indonesia dengan total nilai traksaksi mencapai 110 miliar dollar AS (Jepang 32 miliar dollar AS; Korsel 18,41 miliar dollar AS) pada tahun 2021.
Di tahun yang sama, China merupakan investor terbesar ketiga di Indonesia dengan nilai investasi 3,2 miliar dollar AS (Jepang 2,26 miliar dolar AS; Korsel 1, 64 miliar dollar AS)
Angka-angka itu memberikan gambaran pentingnya ketiga negara bagi Indonesia. Karena itu, kata Menlu, secara bilateral fokus kunjungan adalah untuk memperkuat kemitraan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan dan investasi.
Tentu, kunjungan ini juga dalam rangka presidensi G20 Indonesia yang akan mengadakan KTT Oktober mendatang di Bali.
Dipilihnya Indonesia untuk memegang Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
Presidensi ini juga merupakan bentuk pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang juga dapat merepresentasikan negara berkembang lainnya.
Karena itu, kehadiran para pemimpin tiga negara itu, penting dan besar maknanya. Itulah sebabnya, Presiden menemui pemimpin ketiga negara itu.
Ketiga negara itu adalah kekuatan ekonomi di Asia. Bahkan China, kekuatan ekonomi utama dunia. Ketiganya, juga "terlibat" dalam persaingan strategik di Indo-Pasifik yang di dalamnya ada AS.
AS, Jepang dan China adalah kekuatan strategis di Asia Timur dan seluruh kawasan akan sangat tergantung pada ketiga negara itu dan hubungan di antara mereka.
Kata Chu Shulong (2008) dari Tsinghua University, di antara tiga hubungan bilateral, hubungan AS - Jepang, terstruktur, stabil, dan kuat sejak akhir Perang Dingin, terutama sejak pertengahan 1990-an.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.