Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentan Terpapar Covid-19, Rencana Vaksinasi Dosis Keempat untuk Nakes Dinilai Tepat

Kompas.com - 27/07/2022, 19:53 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, rencana pemerintah untuk memberikan vaksinasi dosis keempat ke tenaga kesehatan (nakes) sudah tepat.

Vaksinasi ini dinilai penting mengingat subvarian virus corona yang terus berkembang pesat beberapa waktu belakangan.

Sementara, tenaga medis menjadi satu dari sejumlah kelompok yang rentan terpapar virus.

"Tepat bawa perlu ada dosis ke-4 untuk kelompok berisiko," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (27/7/2022).

Baca juga: Epidemiolog Sebut Vaksin Dosis Keempat Beri 72 Persen Proteksi dari Kematian

Menurut Dicky, petugas pelayan publik di bidang kesehatan yang harus segera mendapat vaksinasi dosis keempat bukan hanya dokter, tetapi juga perawat, bahkan sopir ambulans.

Dari sisi pekerjaan, kalangan ini dinilai rawan tertular virus karena sehari-harinya menangani orang sakit.

Risiko yang sama juga sedianya ditanggung oleh petugas pelayan publik yang setiap saat berhadapan dengan banyak orang, misalnya guru, petugas di pelabuhan, hingga staf bea cukai di bandara.

Tak hanya itu, Dicky berpandangan, vaksinasi dosis keempat juga penting untuk segera diberikan ke kelompok yang rentan karena kondisi tubuhnya, seperti lansia dan orang dengan komorbid atau penyakit bawaan.

Tidak kalah penting, vaksinasi dosis empat juga seharusnya menjangkau kelompok yang kondisi sosial dan ekonominya termarjinalkan.

"Tentu karena keterbatasan dari jumlah vaksin maupun juga tenaga vaksinator, tentu dua yang pertama tadi (lansia dan tenaga kesehatan) yang harus diutamakan. Jadi (kelompok rentan) dari sisi kondisi tubuh dan sisi pekerjaan," ujar Dicky.

Baca juga: Kemenkes: Vaksinasi Covid-19 Dosis Keempat Masih Dikaji Perlu atau Tidak

Dicky mengatakan, perlindungan yang dihasilkan vaksin terhadap orang yang divaksinasi dosis ketiga lebih dari 4 bulan lalu akan sangat menurun, bahkan di bawah 50 persen.

Kondisi ini bisa berbahaya dan berpotensi meningkatkan angka kematian pasien virus corona.

"Akibatnya, kita berpotensi kekurangan tenaga pelayan publik. Repot sendiri nanti kita," kata Dicky.

Selagi memulai vaksinasi dosis keempat, Dicky menambahkan, pemerintah harus terus menggenjot vaksin dosis tiga.

Apalagi, belakangan, minat masyarakat untuk vaksin booster cenderung turun karena menganggap situasi pandemi sudah menurun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Menteri Terseret Kasus Korupsi, Hasto Kristiyanto: PDI-P Evaluasi Ke Dalam

Menteri Terseret Kasus Korupsi, Hasto Kristiyanto: PDI-P Evaluasi Ke Dalam

Nasional
PDI-P Punya Program Beasiswa 'Megawati Fellowship', Akan Diluncurkan di Rakernas

PDI-P Punya Program Beasiswa "Megawati Fellowship", Akan Diluncurkan di Rakernas

Nasional
Beri Arahan di Depan Kader PDI-P, Megawati Sebut Politik Itu Dimulai dari Keluarga

Beri Arahan di Depan Kader PDI-P, Megawati Sebut Politik Itu Dimulai dari Keluarga

Nasional
Anies Sebut Negara hingga 'Pelaku Besar' Jadi Penyebab Masalah Lingkungan

Anies Sebut Negara hingga "Pelaku Besar" Jadi Penyebab Masalah Lingkungan

Nasional
Respons KPU Soal Putusan MA Terkait Syarat Eks Terpidana Korupsi Nyaleg

Respons KPU Soal Putusan MA Terkait Syarat Eks Terpidana Korupsi Nyaleg

Nasional
Uji Materi Syarat Eks Terpidana Korupsi Nyaleg Dikabulkan, ICW Sebut Penyelenggara Pemilu Bobrok

Uji Materi Syarat Eks Terpidana Korupsi Nyaleg Dikabulkan, ICW Sebut Penyelenggara Pemilu Bobrok

Nasional
Kawal Judicial Review UU Cipta Kerja, Partai Buruh Akan Gelar Unjuk Rasa

Kawal Judicial Review UU Cipta Kerja, Partai Buruh Akan Gelar Unjuk Rasa

Nasional
Dilirik Jadi Cawapres Prabowo, Gibran Sudah Dialog dengan Internal

Dilirik Jadi Cawapres Prabowo, Gibran Sudah Dialog dengan Internal

Nasional
Nama Bakal Cawapres Ganjar Makin Mengerucut, Sekjen PDI-P: Megawati Hampir Setiap Malam Mohon Petunjuk Tuhan

Nama Bakal Cawapres Ganjar Makin Mengerucut, Sekjen PDI-P: Megawati Hampir Setiap Malam Mohon Petunjuk Tuhan

Nasional
Buka Pintu PSI Gabung Koalisi, Puan: Yuk, Mas Kaesang Ketemu Mbak Puan Dulu

Buka Pintu PSI Gabung Koalisi, Puan: Yuk, Mas Kaesang Ketemu Mbak Puan Dulu

Nasional
Megawati Tunjuk Wasekjen PDI-P Arif Wibowo Jadi Kepala Badan Saksi Pemenangan Pemilu

Megawati Tunjuk Wasekjen PDI-P Arif Wibowo Jadi Kepala Badan Saksi Pemenangan Pemilu

Nasional
Gerindra Harap PSI Gabung Koalisi Indonesia Maju Dukung Prabowo Subianto

Gerindra Harap PSI Gabung Koalisi Indonesia Maju Dukung Prabowo Subianto

Nasional
Sindir Pemerintah Biarkan Pembungkaman Kritik, Anies: Jangan Bilang 'Oh Itu Relawan Saya'

Sindir Pemerintah Biarkan Pembungkaman Kritik, Anies: Jangan Bilang "Oh Itu Relawan Saya"

Nasional
Jaksa Agung Ingatkan Jajarannya Tak Boleh Alergi Kritik dan Saran

Jaksa Agung Ingatkan Jajarannya Tak Boleh Alergi Kritik dan Saran

Nasional
Megawati: Pemilu adalah Pergerakan Turun ke Bawah, Menyatu dengan Rakyat

Megawati: Pemilu adalah Pergerakan Turun ke Bawah, Menyatu dengan Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com