Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2022, 16:58 WIB
Penulis Irfan Kamil
|

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana berbeda tampak pada acara peringatan hari lahir (harlah) ketiga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tanggal 23 Juli 2001.

Semula, harlah itu direncanakan dan dikemas dengan acara meriah yang bakal dihadiri banyak tamu undangan.

Bahkan, bukan cuma warga internal partai, tetapi juga kalangan tokoh partai lain, pejabat tinggi negara lantaran yang menjadi presiden adalah orang dari PKB.

Tetapi, manusia bisa merencanakan, tetapi kehendak hanya Tuhan yang bisa menentukan.

Baca juga: Mimpi Kiai Jelang Pelengseran Gus Dur dan Doa untuk Megawati...

Dilengserkan MPR

Persis saat harlah ketiga, Ketua Dewan Syuro KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dicabut mandatnya sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Acara yang semula dibayangkan akan meriah, berubah muram, campur panas, dan ditingkahi acara gergeran KH Cholil Bisri dan hiburan pemutaran film Gladiator.

Film yang bercerita tentang pertarungan jagoan zaman kuno bukan pertarungan politik model Abdurrahman Wahid dengan parlemen.

Baca juga: Air Mata Gus Dur Mengalir sebelum Terbitkan Dekrit

Kesan muram tergores pada huruf PKB di panggung. Kru paduan suara juga mengenakan pakaian hitam-hitam seperti sedang berduka.

"Huruf PKB yang buram dan pakaian kru paduan suara hitam-hitam ini bukan disengaja, ini hanya kesalahan teknis," kata Ketua Panitia Amin Said Husaini saat itu.

Halaman muka harian Kompas pada Selasa, 24 Juli 2001, sehari setelah pelengseran Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid yang disertai pelantikan Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima RI.Arsip Kompas Halaman muka harian Kompas pada Selasa, 24 Juli 2001, sehari setelah pelengseran Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid yang disertai pelantikan Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima RI.

Suasana Tumpengan

Suasana muram juga terkesan kuat pada saat tumpengan yang diselenggarakan di bagian belakang Kantor DPP PKB Kuningan, Jakarta yang dihadiri hanya sekitar seratus orang.

Suasana haru terasa saat Rois Syuriyah Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siradj menyampaikan doa syukur yang bersuasana doa kematian.

Kebekuan suasana perlahan-lahan mulai mencair ketika digelar acara berbagi tumpeng. Satu tumpeng dikeroyok beberapa orang yang memperlihatkan keakraban gaya santri

Baca juga: Murka Gus Dur Kala Para Menteri Tolak Dekrit: Kalian Semua Banci!

Apalagi acara itu mulai didatangi kalangan tokoh muda seperti Ketua DPP GP Ansor Syaifullah Yusuf, Sekjen PKB Muhaimin Iskandar, dan kalangan wartawan yang menyerbu narasumber, termasuk saat sedang menyantap tumpeng.

Acara selanjutnya tak dihadiri tokoh partai.

Dari tumpengan, acara dipindahkan ke Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak bersebelahan dengan Kantor DPP PKB. Acara itu dihadiri sekitar 200 orang.

Baca juga: Gus Dur: Tak Ada Jabatan yang Layak Dipertahankan dengan Pertumpahan Darah

Tampak ulama karismatis NTB Tuan Guru Turmudzi, KH Sugiat, KH Ma'ruf Amin, mantan Menteri Koperasi Subiakto Tjakrawerdaya, Menristek AS Hikam, Menteri Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indarparawansa serta tokoh-tokoh PKB.

Kendati demikian, acara ini tidak dihadiri tokoh-tokoh partai yang diundang. Sampai- sampai Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Cholil Bisri mengibaratkan, saat ini PKB seperti orang sakit lepra sehingga banyak orang takut mendekat.

Gusdur dianggap masih presiden

Namun, tiba-tiba kesenduan berubah menjadi hentakan bernada kemarahan ketika Pemangku Jabatan Sementara (Pjs) Ketua Umum DPP PKB Dr Alwi Shihab naik ke podium.

Alwi yang selama ini bernada bicara lemah lembut, dibumbui seulas senyum berseri-seri melengkapi wajahnya yang bersih bercahaya, tiba-tiba berbicara keras.

Alwi ShihabKOMPAS.com/Indra Akuntono Alwi Shihab

Tanpa tedeng aling-aling, Alwi masih menyebut Abdurrahman Wahid sebagai presiden sekalipun beberapa jam sebelumnya telah dilantik Presiden (baru) Megawati Soekarnoputri.

Bagi Alwi, Abdurrahman Wahid telah dijatuhkan dari posisinya sebagai presiden yang sah secara sistematis dengan menjungkirbalikkan konstitusi.

Hampir di setiap akhir kalimatnya, pidato Alwi diiringi dengan tepuk tangan atau pekik takbir. Alwi telah menggali saluran bagi aliran luapan emosi warga PKB yang menggumpal entah sudah beberapa lama.

Baca juga: Situasi Mencekam, Gus Dur Minta Keluarga Dievakuasi, Tangis Alissa pun Pecah

Disemangati Mbah Cholil

Seperti sudah diatur, setelah emosi warga PKB tersalurkan, KH Cholil Bisri memberikan hiburan. Gaya pidatonya kocak dengan bahasa Jawa campur bahasa Indonesia, yang terkadang dipelintirkan seperti gaya pelawak Topan.

Apalagi, saat menyebut dalil-dalil secara fasih dan tartil yang menunjukkan kapasitasnya sebagai kiai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jateng.

Mbah Cholil, pangggilan akrabnya, mengajak harlah ini sebagai momentum untuk bangun dari ketersilauan, sombong. Peristiwa ini juga bisa dijadikan PKB untuk bangun dari memojokkan seseorang untuk mengambil keputusan dan bangun untuk mengerti diri sendiri.

"PKB ini dibingkai oleh Nahdlatul Ulama (NU). Tradisi di NU itu, kalau dimarahi kiai itu tunduk. Tapi repotnya kalau sudah merasa kiai, termasuk para gus itu, tidak mau dimarahi," kata mbah Cholil.

Baca juga: Cerita Wartawan Saat Gus Dur Dilengserkan: Menginap di Istana hingga Antarkan ke Lapangan Monas

Ia pun meminta para kader PKB harus melihat kejadian sekarang ini sebagai balak, musibah atau azab. Kalau balak itu konsekuensi orang hidup mati itu juga termasuk balak.

Kalau merupakan musibah, harus disambut dengan bersyukur karena siapa yang dikenal baik itu pasti kena musibah.

"Repotnya kalau ini azab, kita harus istighfar, memohon ampun kepada Allah," ucap Kiyai NU itu.

Ia juga berhadap kejadian yang menimpa Gus Dur hendaknya tidak membuat segenap warga PKB putus asa dan harus terus berjalan ke depan dengan tatag.

"Kejadian ini harus dipandang sebagai iradat (kehendak) Allah. Segenap warga PKB harus yakin bahwa Allah akan memberi yang lebih baik," tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Tanggal 30 Mei Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Mei Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Berduka atas Wafatnya Mantan Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana

Ganjar Berduka atas Wafatnya Mantan Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana

Nasional
1.899 Jemaah Haji Miqat di Bir Ali 1 Juni 2023 dan Geser ke Makkah

1.899 Jemaah Haji Miqat di Bir Ali 1 Juni 2023 dan Geser ke Makkah

Nasional
MAKI Nilai Putusan MK soal Penambahan Masa Jabatan Pimpinan KPK Berlaku untuk Periode Berikutnya

MAKI Nilai Putusan MK soal Penambahan Masa Jabatan Pimpinan KPK Berlaku untuk Periode Berikutnya

Nasional
PDI-P Diingatkan Jangan Sombong: Meskipun Kamu Gede, Belum Tentu Kamu Segede Itu Lagi

PDI-P Diingatkan Jangan Sombong: Meskipun Kamu Gede, Belum Tentu Kamu Segede Itu Lagi

Nasional
Pengamat Kritik MK, Seharusnya Tak Ikut Tentukan Masa Jabatan Pejabat Publik

Pengamat Kritik MK, Seharusnya Tak Ikut Tentukan Masa Jabatan Pejabat Publik

Nasional
Kemenkes Kirim 107 Ton Obat dan perbekalan Kesehatan Jemaah Haji

Kemenkes Kirim 107 Ton Obat dan perbekalan Kesehatan Jemaah Haji

Nasional
Megawati Dinilai Realistis Pilih Ganjar Pranowo Jadi Capres Dibanding Puan Maharani

Megawati Dinilai Realistis Pilih Ganjar Pranowo Jadi Capres Dibanding Puan Maharani

Nasional
Sowan ke Ulama Banten, Ganjar Diminta Duduk di Tempat Bekas Jokowi

Sowan ke Ulama Banten, Ganjar Diminta Duduk di Tempat Bekas Jokowi

Nasional
Helikopter TNI AD Jatuh di Bandung, Lima Kru Terluka

Helikopter TNI AD Jatuh di Bandung, Lima Kru Terluka

Nasional
Pengamat: Jabatan Firli Diperpanjang MK, Capim KPK Selanjutnya Tetap Dipilih Jokowi

Pengamat: Jabatan Firli Diperpanjang MK, Capim KPK Selanjutnya Tetap Dipilih Jokowi

Nasional
Mengaku Sering Temui Jokowi, Ganjar: Beliau Mentor Saya

Mengaku Sering Temui Jokowi, Ganjar: Beliau Mentor Saya

Nasional
Hadiri Soda Fest di Sleman, Giring Ganesha Optimistis PSI Bisa Jadi Kuda Hitam di Pemilu 2024

Hadiri Soda Fest di Sleman, Giring Ganesha Optimistis PSI Bisa Jadi Kuda Hitam di Pemilu 2024

Nasional
Gus Imin Usulkan Dana Desa Ditambah Jadi Rp 5 Miliar per Tahun

Gus Imin Usulkan Dana Desa Ditambah Jadi Rp 5 Miliar per Tahun

Nasional
RUU Kesehatan Jadi Langkah komprehensif Pemerintah Mereformasi Sektor Kesehatan

RUU Kesehatan Jadi Langkah komprehensif Pemerintah Mereformasi Sektor Kesehatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com