Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blak-blakan Eks Menkes Terawan soal Tudingan Sepelekan Pandemi hingga Pemecatan dari IDI

Kompas.com - 09/07/2022, 15:30 WIB
Fitria Chusna Farisa

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Terawan Agus Putranto memang kerap menuai kontroversi. Nama mantan Menteri Kesehatan itu banyak disorot ketika awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Publik menuding Terawan tak serius menangani wabah lantaran kerap menyampaikan pernyataan kontroversial.

Setelahnya, Terawan jarang tampil di depan publik hingga akhirnya dicopot sebagai menteri akhir Desember 2020.

Baca juga: Terawan Mengaku Terpaksa Bilang Masker Hanya untuk Orang Sakit saat Awal Pandemi Covid-19

Usai di-reshuffle, nama Terawan sempat tenggalam. Ia kembali menuai sorotan pada pertengahan 2021 ketika vaksin Nusantara jadi perdebatan.

Vaksin yang Terawan gagas itu dinilai punya banyak kekurangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tapi dibela mati-matian oleh jajaran anggota DPR RI.

Terbaru, kisaran Maret 2022, Terawan kembali jadi buah bibir karena dipecat dari keanggotan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dia diberhentikan lantaran dinilai melanggar kode etik berat.

Lama tak terdengar kabarnya, Terawan muncul lagi dan blak-blakan soal sederet kontroversi dirinya.

Dalam perbincangannya bersama Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi, Terawan bercerita ihwal penanganan pandemi Covid-19 saat dia menjabat menkes, tentang vaksin Nusantara, hingga pemecatannya dari anggota IDI.

Bantah sepelekan Covid-19

Awal pandemi virus corona di Indonesia sekitar Maret 2020, Terawan beberapa kali membuat pernyataan kontroversial.

Dia pernah bilang bahwa Covid-19 bisa sembuh sendiri. Terawan juga pernah mengatakan, masker hanya diperlukan untuk orang yang sakit, bukan yang sehat.

Baca juga: Bantah Sepelekan Covid-19 Saat Jadi Menkes, Terawan: Saya Terapkan PSBB dan Edukasi Warga

Beberapa pernyataan dan sikap Terawan lainnya juga menuai sorotan bersamaan dengan terus meningkatnya angka pasien dan kasus kematian akibat Covid-19. Terawan akhirnya dituding menyepelekan wabah.

Namun, belakangan Terawan membantah itu. Menurut dia, tuduhan bahwa dirinya menggampangkan situasi pandemi adalah isu yang digulirkan pihak-pihak tertentu saat itu.

"Jadi istilah menggampangkan itu adalah hal yang memang isu dicetuskan saat itu. Dan apakah saya menggampangkan? Enggak," kata Terawan dalam program Rosi Kompas TV, Jumat (8/7/2022).

Menurut Terawan, telah banyak yang dia upayakan untuk menanggulangi pandemi virus corona. Misalnya, menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Lalu, mengedukasi masyarakat terkait wabah. Terawan bilang, kunci dari menghadapi pandemi adalah imunitas yang kuat dimulai dari pikiran.

Baca juga: Kena Reshuffle Saat Pandemi Covid-19, Terawan Tak Merasa Gagal Jadi Menteri Kesehatan

Oleh karenanya, dia berupaya untuk mengedukasi warga supaya menerapkan kebiasaan baru mulai dari memakai masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak.

"Menggampangkan itu istilahnya adalah seolah menganggap bahwa itu ringan. Enggak, bukan begitu. Mengedukasi masyarakat, itu yang paling penting," ujarnya.

Terkait pernyataannya di awal pandemi soal masker hanya dipakai orang yang sakit, Terawan mengaku terpaksa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com