JAKARTA, KOMPAS.com - Gesit bermanuver tetapi tak kunjung membuahkan hasil. Demikian yang kini tampak di tubuh Partai Demokrat.
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai, Demokrat sudah ke sana ke mari menjajaki sejumlah partai politik, tetapi belum juga mematangkan koalisi.
"Saya mencatat, Demokrat adalah partai yang paling gesit bermanuver, tetapi nihil hasilnya," kata Ari kepada Kompas.com, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Safari AHY ke Tokoh-tokoh: Surya Paloh, Ganjar, lalu Prabowo...
Dalam beberapa bulan terakhir, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), telah mengetuk pintu demi pintu parpol.
Sebut saja Golkar, lalu Nasdem, dan terbaru Gerindra. Pertemuan AHY dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bahkan telah digelar sebanyak 3 kali.
Namun, upaya-upaya tersebut seakan belum membuahkan hasil. Malahan, Nasdem belakangan mengumumkan bursa calon presiden yang memuat 3 nama tanpa memasukkan AHY.
Sementara, Gerindra bergandeng tangan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan bersiap mengumumkan kongsi bernama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Sedangkan Golkar, sudah lebih dulu membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak 12 Mei 2022.
Dengan situasi politik saat ini di mana koalisi dan kerja sama antarpartai sudah mulai terbangun, kata Ari, ruang gerak Demokrat semakin sempit.
"Situasi yang tercipta sekarang ini membuat Demokrat maju tidak kena, mundur pun tidak kena," tuturnya.
Baca juga: Pengamat Nilai Elektabilitas AHY Jadi Ganjalan Demokrat Berkoalisi
Menurut Ari, mahalnya "harga" yang ditawarkan Demokrat untuk kerja sama di Pemilu 2024 jadi alasan partai berlambang bintang mercy itu tak kunjung mendapat rekan koalisi.
Harga mati Demokrat mengusung AHY sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) membuat partai-partai lain berpikir dua kali untuk bekerja sama.
"Selain selalu mematok target AHY harus jadi 'pengantin' politik, tawaran yang diajukan Demokrat tidak membuat partai-partai lain bergeming," ujarnya.
Ari menilai, elektabilitas AHY tak seberapa dan belum cukup kuat untuk berlaga di pemilu presiden mendatang.
Untuk dilirik menjadi cawapres saja, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono tersebut harus berjuang dan berkompromi dengan minat pasar politik yang lebih menginginkan pemimpin yang punya rekam jejak di eksekutif.